Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Pak Beyo Penjual Beo

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1295105440821397479

[caption id="attachment_83306" align="aligncenter" width="300" caption="gbr pinjam google"][/caption] "Mas aku nggak kuat lagi".  Kata pak Beyo, penjual Beo  siang kemarin. "Kenapa, Pak? Tanyaku. "Akh...., rasanya jadi pemimpin cuma sepanggangan jagung anget. Eh, diobok-obok terus.  Bayangkan mas Marsudi,  wargaku susah mbayar pajak.  Kendaraan magrok....(berhenti-macet),  lah... kok para rekan kerjaku cari obyekan dhewek-dhewek (sendiri-sendiri). Belum lagi, tempat olah raga yang mestinya untuk cari keringat malah jadi tempat 'unjuk gigi'..... Pening aku Mas". "Lo... Bapak  'kan terkenal dengan sebutan pak Beyo, jualan burung Beo. Bersiul saja Pak, nanti 'kan ada yang  menirukan.  Kalau dulu ada istilah 'menurut petunjuk.....',  sekarang....menurut pak Beyo penjual Beo, burung Beo". "Ah mas Marsudi ini ada-ada saja". "Loh...memang ada to Pak.  Buktinya, njenengan (Anda) saja membeokan diri. Orang lain yang ber-ulah, Bapak yang nggak kuat....halah...halah.  'turun kursi saja',  Pak". Pak Beyo penjual Beo, agak pening. --------------------------------------------- *) ekor tak akan pernah menjadi kepala, jika selamanya cuma mengekor....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline