Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Srinthil...

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12914798651139729053

[caption id="attachment_76249" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi dari google"][/caption] Namaku Srinthil... aku lahir didaerah terpencil, desa  yang mungil, pinggir hutan yang dihuni oleh kancil, kancil yang  kadang  dibawakan bedil. Namaku Srinthil... ayah-ibuku orang terpinggir, miskin sejak lahir, siwur, kendil dan cangkir, itulah teman hidup hingga akhir..... Namaku Srinthil... aku manusia kerdil, bukan karena tengil, bukan karena makan jagung pipil, tapi prihatin melihat orang degil, akupun tak mustahil. Namaku Srinthil... orang mengatakan, aku kenthir, menyederhanakan pikir, menyamakan tata batin dan polah bibir, satu kata dari hulu hingga hilir Namaku Srinthil... karena rindu, tulisan ini bergulir. _____________________________ siwur:  gayung air terbuat dari tempurung kelapa * cuma catatan pribadi yang sedang  malam mingguan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline