Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Antara Maridjan dan Marzuki

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_307053" align="alignleft" width="100" caption="Maridjan (gbr. dari Google)"][/caption]

Maridjan, tak banyak bicara. Bicara seperlunya sesuai kebutuhan dan cenderung merendah. Ia sadar akan artinya sebagai ABDI, 'batur', 'ngemban ing pitutur', memegang kata sebagai pusaka.

[caption id="attachment_307056" align="alignleft" width="100" caption="Marzuki Ali (gbr. dari Google)"][/caption]

Marzuki Ali, orang yang terdidik. Doktor lulusan luar negeri. Kata-katanya bernas, tapi sayang, kata - kata itu hanya barisan huruf yang keluar dari mulut.

_______________________________________

* Maridjan bisa menjadi tokoh SEMAR, punakawan, abdi - pamong, dalam kisah Mahabarata. * Marzuki  bisa menjadi CEMAR, karena kata-kata yang  'tajam'  merobek nurani ketika negeri ini berduka. ______________________________________ *) Kata MAAF itu berdaya guna, ketika hati dalam damba, bukan luka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline