Malam minggu, awal Januari 2025, jam 22.37.
Penat dengan pekerjaan, malam itu kami bertiga bersepeda motor keluar rumah. Tak jauh dari tempatku tinggal, ada penjual nasi goreng, penjual minuman wedang jahe dan ronde. Ketika sampai di tempat itu, saya pesan wedang ronde, dua orang temanku pesan wedang jahe dan pesan nasi goreng udang.
Mencium bau nasi goreng, sepertinya enak tenan ketika dihidangkan. Kami bertiga cuma duduk beralas tikar, seadanya, sementara sepeda motor kami parkir di samping. Penerang kami cuma lampu teplok (lampu minyak kelapa sawit, sumbu terbuat dari kapas dipilin). Tak jauh dari tempat kami duduk, ada lampu penerang jalan, jadi temaramnya lampu teplok tak terlalu menyeramkan wakakakakak....
Bulan yang hampir bulat bersinar terang juga ikut menemani kami malam itu. Didepan kami gerobak wedang ronde serta tak jauh dari itu pemilik warung nasi goreng. Kulihat beberapa orang mondar-mandir di depan kami. Maklum namanya saja malam minggu, ramai itu biasa. Di belakang kami ada selokan kurang lebih lebarnya dua setengah meter. Dan diseberang selokan itu ada semak belukar, dengan rumput yang rimbun.
"Aduh...."
Jelas terdengar teriakan dari semak belukar itu. Ada bayangan orang melompat lari dari semak - semak. Temanku yang kebetulan membawa power bank berlampu senter, berdiri, menyorot seraya mendekati semak itu.
Sekian menit kemudian, temanku kembali sambil cengar-cengir.
"Cuk, ana kathok keri" (ada celana ketinggalan)
"Njaba apa njero?" (luar atau dalam) tanya temanku yang lain
Ia tidak menjawab. Cuma kami bertiga tersenyum geli, sementara Bapak penjual nasi goreng dan wedang ronde tertawa ngakak.
"Ah, mas bertiga ini 'kura-kura dalam perahu' saja" sambil melihat kami bertiga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H