Bejo, itulah nama kerbauku. Kulitnya hitam mengkilat, tanduk menapang, dan tatapan matanya nanar, mengurai makna. Akhir-akhir ini tingkah Bejo agak aneh. Selain "ngah-ngoh, nggak ngeh" tapi juga "pah-poh nggak plus".
Suatu pagi, ia kucucuk hidungnya kutuntun kesawah. Maksudnya jelas....merumput dibekas tanaman padi yang telah dipanen. Enak ya, dituntun dicarikan makan.
"Jo....Bejo.... makan disini saja. Jangan kemana-mana". Ia kuikat dibatang di pematang. Kerbau itu kutinggal mencangkul. Sekian menit kemudian...
"Bejo....Jo...., jangan kesitu. Itu parit dalam. Kau tak bisa naik". Masih saja Bejo tak menoleh. Takut kalau kerbauku tak bisa naik parit aku berlari. Kuambil galah.
"Hus...hus...jangan kesitu". Mulutku nerocos. Tak juga digubris. Akhirnya......
"Praaaaaaak". Galah sepanjang satu setengah meter menebok pantat si Bejo. Terkejut. Ia lari menjauh dari parit. Ketika kupanggil beberapa kali, Bejo kerbauku juga tak menoleh, aku baru tersadar. Ia tuli alias budheg. Bau ....kerbau .... kebo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI