Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Sandal Jepit

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bentuknya khas. Bertali legam, dari karet. Alasnya juga dari karet. Di alas itu tertulis namaku, dengan model huruf Century Gothic. Ah...barang istimewa. Sandal jepit karya tangan (bukan produk - keluaran pabrik), dan kuat karena terbuat dari bekas ban mobil.

Istimewa...ya istimewa.
Dikirim oleh seorang sahabat, tinggal di Surabaya. Sandal itu dibeli 5.500. Ongkos kirim lewat titipan kilat 75.000. Istimewa...istimewa.
Tiga kali nyaris hilang. Namun karena di sandal itu ada namaku, selalu kembali "dengan ajaib", tahu-tahu di depan pintu kamar kostku. Istimewa.
Seorang profesor pertanian, pernah memakainya untuk jalan-jalan di kebun percontohan. Alasannya jika menginjak paku, pasti tidak tembus. Masuk akal, karena sandal itu setebal 1 cm tapi lentur dan lembut. Istimewa.

Sepulang kerja, sandal itu tak kelihatan di depan pintu. Ah...mungkin dipinjam teman. Pasti kembali. Aku duduk di depan rumah sambil melepas penat....

"Celamat ciang Om..." Sapa seorang anak mungil masih cedal. Aku kenal anak ini.
"Om, ini culat dali kakak."
"Memangnya kakakmu kemana?" Tanyaku.
"Pelgi....."
"Pergi kemana?"
"Ah...Om ini tanya mulu. Pelgi jauh...jauhhhhhhhh". Anak itu bicara sambil mulutnya nyinyir...bibirnya maju. Aku cuma tertawa geli. Amplop kubuka.

"Pamit. Mas, pagi ini (jam 10.00) aku berangkat ke Jakarta, transit, atau langsung (lihat situasi) ke Papua New Guinea (PNG). Ada tugas di Port Moresby. Sandal jepit a la ban mobil milikmu ku bawa. Terimakasih tlah membantu mengoreksi thesisku. Aku mencintaimu, sayang kamu......Jika Mas berada di 'gelombang' yang sama denganku, balaslah ini alamat e-mailku. Inilah kejujuranku."
Salam TN

Lemas. Aku tak tahu harus berbuat apa; yang jelas, yang kuingat sandal jepit itu kini menjadi amat istimewa...amat istimewa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline