Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Memang Lidah Tak Bertulang

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di depan para sahabat dan kerabat,
Kau berteriak...tolak...tolak...tolak,
Namun sebayang berkelebat cepat,
Kau berkata, dukung perpu pilkada!

Nafsu birahi kursi hangat merambat,
Menanti pantat keropos dirimu,
Bak durjana CAKIL suka usil,
Mengganggu kenyamanan rakyat dekil.

Oh,  politisi "bernyanyi" tak seksi,
Kapankah sanubarimu terisi?
Ataukah kau hanya bisa berpikir,
Kapan "perutku" akan berisi?

Jika nilai keteladanan tak dikedepankan,
Dimanakah mukamu akan kau campakkan?
Di lumpur yang menyembur?
Di tanggul yang mulai gembur?

Memang lidah tak bertulang!
Sekali bergerak maju mundur kebelakang,
Tak sejengkal pun ia berhenti,
Sekalipun untuk memuji dan mencaci!

Andai boleh kupilih,
Bertulanglah lidah:
agar ada  integritas,
profesionalitas,
inovasi berkualitas,
bertanggung jawab lebih jelas,
dan keteladanan secara tuntas.

---------------------
fajar menyingsing dekat kampus!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline