Lihat ke Halaman Asli

Flora NoviS

Mahasiswi

Intoleransi, Wajah Baru Indonesia?

Diperbarui: 22 Januari 2020   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

via justisia.com

Toleransi di Indonesia- Masing-masing dari kita tau bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari banyak suku dan juga agama. Di Indonesia sendiri terdapat 6 agama yang diakui secara sah, serta kurang lebih terdapat 1.340 suku bangsa. Dengan adanya keberagaman atau kemajemukan di Indonesia, tentu diperlukan adanya sikap toleransi baik antar agama maupun antar suku bangsa. Jika sikap toleransi antar agama maupun antar suku tidak diindahkan, tentunya akan menimbulkan konflik maupun perpecahan. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleran memiliki arti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. 

Hal tersebut menunjukkan bahwa seharusnya kita sebagai rakyat Indonesia menjunjung tinggi rasa persatuan, saling menghargai dan menghormati  baik agama,suku, maupun pendapat orang lain yang berbeda dengan kita.

Faktanya, semakin lama sikap toleransi ini semakin menurun. Dibuktikan dengan banyaknya konflik yang terjadi karena perbedaan agama, suku, bahkan sempat terjadi perseteruan antara kelompok pendukung A dengan kelompok pendukung B. Tentunya hal tersebut sangat disayangkan. Memang sebagai bangsa, kita merupakan bangsa yang merdeka.

Tetapi masih banyak hal yang justru menjadi suatu kemunduran dari Bangsa Indonesia. Kita ambil contoh ketika kita berbicara tentang intoleransi, kemajemukan dan harga-menghargai antar umat beragama. Hal tersebut menjadi isu-isu yang sangat sensitif. Dilihat dari banyaknya persoalan-persoalan yang kini sering terjadi karena intoleransi.

Intoleransi ini terjadi karena tidak sedikit masyarakat yang merasa bahwa agama yang mereka anut-lah yang paling benar, suku bangsa mereka-lah yang paling baik, pendapat dan pilihan mereka-lah yang lebih masuk akal diantara yang lain. Pemikiran-pemikiran seperti itulah yang mengakibatkan hal-hal yang sebenarnya sepele akhirnya menjadi runyam.

Kita ambil contoh, beberapa tahun yang lalu mengucapkan "Selamat Natal" kepada umat Kristiani merupakan hal yang biasa. Tetapi ketika ada isu-isu yang berkembang bahwa mengucapkan hal tersebut merupakan hal yang dilarang ataupun hal yang tidak boleh untuk diucapkan, hal tersebut menjadi suatu hal yang tidak lumrah. 

Kita bisa lihat bahwa di masa kini orang semakin bebas mencaci-maki orang lain, orang semakin bebas mengkritisi seseorang dengan sangat kasar hanya karena tidak sesuai dengan pemikiran atau kepercayaan mereka, orang semakin banyak yang menyuarakan kebencian yang bahkan kebencian itu dapat menarik orang banyak untuk sama-sama menyuarakan kebencian-kebencian tersebut.

 Satu hal yang perlu kita ingat bahwa negara kita bukanlah negara yang hanya dimiliki oleh satu agama, suku maupun kelompok. Negara kita adalah negara yang majemuk dan kemajemukan tersebutlah yang menjadi kebanggaan serta kekayaan dari bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline