Etika sosial merupakan istilah dari keteraturan hidup yang akan dijalankan oleh seseorang ataupun kelompok, yang terkait dengan kehidupan dalam kesehariannya berupa pergaulan yang ada pada lingkungan sosial di sekolah, masyarakat, atau keluarga sehingga menjadikan hubungan sosial sesuai dengan visi dan misi yang diharapkan oleh individu dan kelompok. Kemudian, bagaimana dengan definisi etika itu sendiri? Etika merupakan sebuah konsep penilaian sifat kebenaran atau kebaikan dari tindakan sosial yang didasari oleh tradisi yang dimiliki oleh individu maupun kelompok.
Etika dibentuk melalui proses filsafat sehingga etika juga merupakan bagian dari filsafat. Unsur utama yang membentuk etika adalah moral. Jika kita kaitkan definisi etika dengan topik yang ingin kita bahas sekarang, apakah bule atau pengunjung wisata dari negara lain yang ada di Bali tidak memiliki etika atau etika mereka ada tapi kurang atau memang etika mereka berbeda dengan etika warga Bali dan seluruh warga negara Indonesia.
Ada beberapa kasus bule yang sempat viral di media sosial seperti melawan petugas (Polisi) ketika ditilang kendaraannya karena tidak memakai pelindung kepala dan dia beralasan tidak mau ditilang karena polisi itu sebenarnya menginginkan uang, dan juga seorang bule dewasa membela seorang anak yang melakukan vandalisme dengan mencoret tembok dan seolah-olah tidak menerima tindak lanjut yang diberikan oleh warga Bali, serta masih banyak kasus lainnya. Secara umum, semua yang mereka lakukan ini sangat melanggar etika dan aturan kita.
Apakah bule ini tidak memiliki etika atau ada etika tetapi memiliki alasan tertentu melakukan hal-hal demikian? Terkait kasus-kasus di atas mari kita membahasnya satu per satu.
Seorang bule laki-laki melawan petugas (Polisi) ketika ditilang kendaraannya karena tidak memakai pelindung kepala dan dia beralasan tidak mau ditilang karena polisi itu sebenarnya menginginkan uang.Kasus ini sempat viral di media sosial lantaran bule tersebut menolak untuk ditilang padahal dia baru saja melakukan pelanggaran berupa tidak memakai pelindung kepala yang sudah diwajibkan oleh pemerintah negara Indonesia.
Jika dikatakan bahwa bule ini tidak memiliki etika karena melakukan pelanggaran rupanya sangat disetujui dan juga ditambahi dengan melawan petugas tetapi ada beberapa hal yang dipertimbangkan mengenai hal ini tentang apa yang dia ucapkan yaitu " kamu sebenarnya menginginkan uang" (parafrase), dia juga meneruskan bahwa kenapa polisi tidak menahan orang asli Bali yang melakukan pelanggaran?
Kondisi rupanya begitu sulit karena mungkin saja dia memiliki etika tetapi ketika melihat orang lokal tidak memenuhi aturan atau melanggarnya mungkin dia menganggap bahwa di Bali perihal pakai pelindung kepala saat mengendarai sepeda motor itu tidak menjadi hukum yang ketat. Menurut saya terkait hal ini bukan hanya etika bule yang tidak tampak namun orang lokal yang tidak memakai pelindung kepala juga adalah orang yang kekurangan etika. Jika dikaitkan dengan teori interaksi simbolik pada psikologi sosial tentang apa yang dilakukan oleh bule ini sebenarnya dia telah belajar atau melihat simbol yang ditunjukkan oleh masyarakat lokal sendiri.
Seorang bule dewasa membela seorang anak yang melakukan vandalisme dengan mencoret tembok dan seolah-olah tidak menerima tindak lanjut yang diberikan oleh warga Bali. Kasus kedua ini cukup menarik perhatian warga media sosial seperti tiktok beberapa waktu lalu lantaran seorang anak melakukan vandalisme dengan melakukan grafiti sembarangan ditembok yang tidak seharusnya di coret. Pada saat si anak ini melakukan aksinya, seorang tokoh masyarakat Bali melihat kejadian itu lalu memarahi anak itu dengan nada sangat tinggi.
Pada saat itu, seorang bule dewasa yang kebetulan lewat melihat hal itu dan langsung menghampiri si anak dan tokoh masyarakat serta beberapa orang yang mengikutinya. Bule dewasa itu tidak memiliki hubungan apa-apa dengan anak itu tetapi mungkin yang menggerakkan hatinya adalah dia berpikir bahwa anak itu sama-sama orang asing seperti dirinya sedang dimarahi oleh beberapa orang dewasa lokal. Dia membantah ketika anak itu akan dibawa oleh tokoh masyarakat itu sampai terjadi keributan yang agak lama.
Dari kejadian ini, menurut saya bule dewasa ini refleks menjadi seorang bapak atau ayah dalam kejadian ini. Dia mungkin belum mengenal baik dengan warga Bali yang sesungguhnya sehingga dia berpikir bahwa anak itu mungkin akan ditindaklanjuti dengan cara buruk padahal hanya ingin dibawa ke orang tuanya supaya orangtuanya tahu perihal yang dilakukan oleh mereka. Lalu bagaimana dengan si anak? Apakah dia bebas tanpa di cap tidak memiliki etika?
Tentunya tidak demikian karena setiap manusia itu punya etika ketika orangtua atau orang yang lebih dewasa mengajarkan, jadi si anak ini tidak punya etika entah karena orangtuanya tidak mengajarkannya etika atau memang kenakalan si anak ini yang mengabaikan etika yang diajarkan oleh orang tuanya.