Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dihadapkan dengan perbedaan. Perbedaan seringkali menjadi pemicu konflik apabila seseorang memandang perbedaan itu dengan sudut pandang yang tidak tepat. Pada dasarnya, manusia itu sama, tetapi tak pernah ada manusia yang benar-benar sama dalam segala hal. Perbedaan merupakan keadaan yang diciptakan Tuhan dengan tujuan agar manusia saling mengenal, berinteraksi, saling memahami dan memberi manfaat satu sama lain.
Indonesia memiliki banyak perbedaan dalam suku, bangsa, agama, ras, kebudayaan, adat-istiadat seperti semboyannya yang terpampang jelas "Bhineka Tunggal Ika". Indonesia itu berbeda-beda tetapi tetap satu. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan merupakan ciri khas Indonesia. Salah satu penyebab banyak terjadinya perbedaan di Indonesia ialah banyaknya pulau-pulau, pulau satu dengan pulau lainnya terisolasi oleh laut. Ditambah lagi dengan kondisi geografis Indonesia yang berbeda-beda mengakibatkan perbedaan budaya. Perbedaan tersebut bukanlah menjadi suatu ancaman, melainkan menjadi sebuah tantangan sekaligus kekayaan khas bangsa Indonesia.
Perbedaan bukanlah sebuah penghalang persatuan. Perbedaan yang ada tidak mesti diseragamkan, tetapi tidak juga ditiadakan. Keberanekaragaman seharusnya bukan diartikan sebagai perbedaan, melainkan hendaknya diartikan sebagai sebuah kesatuan.
Keberanekaragaman diterjemahkan menjadi sebuah kesatuan budaya, bukan perbedaan budaya dan Pancasilalah yang merupakan salah satu penyangga Indonesia dalam kenaekaragaman budaya. Perbedaan merupakan sebuah rahmat dari Tuhan, seperti dalam surat Al-Hujurat ayat 10 yang menyinggung penciptaan perbedaan manusia; "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. ..."
Namun disisi lain, banyak orang yang memandang bahwa perbedaan merupakan ancaman dan menjadi penghalang persatuan yang menyebabkan terjadinya konflik. Contohnya konflik yang berbau etnis pernah terjadi di Sampit, yaitu konflik antara Suku Dayak sebagai pribumi dan Suku Madura sebagai pendatang.
Konflik dimulai dari perbedaan kebudayaan antara Suku Madura dan Suku Dayak. Suku Dayak memiliki ciri primodial, sifat ramah-tamah, penuh toleransi, dan tenggang rasa. Sebaliknya, Suku Madura memiliki orientasi kebudayaan keluar karena daerah asalnya, pulau Madura memiliki keadaan tanah yang kering dan gersang maka kebudayaannya juga mengajarkan ketekunan dan keberanian untuk bertahan hidup. Akan tetapi hal tersebut kurang diimbangi dengan upaya melakukan akulturasi dengan suku Dayak, sehingga dimata orang Dayak, orang-orang Madura lebih dilihat sebagai orang asing yang akhirnya menimbulkan konflik besar. Banyak mayat berserakan pasca konflik tersebut dan kepala yang terpisah dengan badannya berserakan bagai sampah. Hal tersebut diakibatkan oleh gagalnya akulturasi atau asimilasi antardua budaya tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H