Lihat ke Halaman Asli

fahmi karim

Suka jalan-jalan

Memulihkan Ingatan pada Kenyataan

Diperbarui: 18 Februari 2020   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Saya mau sedikit bercerita tentang perjalanan pulang kampung. Bukan tentang rumah yang bikin betah, atau kota yang tidak baik-baik saja. Kali ini tentang: pemandangan di sepanjang perjalanan pulang serta tanda-tanda dibalik itu.

Tahun-tahun sebelumnya saya jarang pulang kampung. Mungkin setahun-sekali.  Ketika pulang pasti ada saja perubahan yang saya bisa saksikan. Apakah itu perubahan di sepanjang perjalanan di luar kaca mobil, atau di kampung dengan jalan serba beton. Selalu ada yang berubah. Bukan karena perubahan itu sangat cepat, namun tidak ikut terlibat dalam lompatan-lompatan perubahan itu.

Perubahan yang saya maksud di sini infrastruktur. Persoalan style dan serba-serbi modern hampir tidak kontras.

Saya mengikuti akal umum saja: perubahan dan kemajuan selalu dipahami sebagai pembangunan. Pembangunan identik, bahkan memang, dengan beton dan rangka besi perusahaan.

Maksud saya: jika larut dalam definisi tersebut, apalah yang tersisa selain pemerintah adalah jalan keluar kemajuan. Itu yang mereka "di atas" inginkan.  Kita hanya hamba-hamba yang tak bisa, setidaknya, menjadi tuan dalam diriku.

Begini:
Sepanjang saya bolak-balik kampung belakangan ini banyak papan-papan pernyataan yang berdiri di tanah-tanah kosong milik perusahaan: TANAH INI MILIK PT. BLA... BLA... BLA...

Tidakkah ini suatu simptom

Orang-orang mungkin menganggap ini suatu pertanda perubahan zaman yang lebih baik tanpa embel-embel negatif. Namun tidak seperti mulusnya saat kita berpikir praktis.

Perdebatan ini sudah dimulai sejak lama. Sejak upaya-upaya modernisasi mulai dipercepat. Kita tinggal menganalisis sejauh mana suatu teori berkorespondensi dengan kenyataan, tentang teori-teori pembangunan. Sejauh mana teori pembangunan berimplikasi pada warga sekitar, bil khusus industrialisasi di desa-desa.

Kita terlalu terlanjur dikepung oleh pemberitaan media yang berpihak pada narasi elite. Berita yang satu arah dengan upaya-upaya pemerintah. Dengan menggambarkan industrialisasi di mana-mana sebagai tolok-ukur suatu kemajuan.

Tidak salah juga mengatakan bahwa industrialisasi memberi dampak kemajuan. Justru pada analisis lebih jauh, teknologi bisa membantu manusia untuk tidak capek-capek bekerja ekstra di perusahaan. Bisa menggantikan kerja-kerja manusia yang paling "nista" dan kerja yang teralienasi. Tapi jika sebagai prioritas dan upaya percepatan tanpa memandang kondisi objektif sekitar sungguh suatu yang fatal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline