Lihat ke Halaman Asli

Sigit Santoso

Peduli bangsa itu wajib

Indonesia Rumah Kita

Diperbarui: 17 Agustus 2021   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo dengan baju adat Lampung (faktualnews.co)

Menarik di salah satu tausyiahnya Gus Mus menjelaskan nasionalisme itu dengan bahasa gampang bahwa Indonesia itu rumahku. Bahkan sering menyitir pendapat Gusdur yang mengingatkan bahwa kita itu adalah orang Indonesia yang beragama Islam, dan bukan sebaliknya. Konteksnya saat itu memang aksi terorisme yang dilakukan gerombolan Nurdin M Top, yang melakukan kerusakan besar dan menodai wajah damai dalam Islam.


Rumah adalah bagian dari hidup. Sang Nabi pernah meneteskan air mata mengingat tanah airnya Mekah. Beliau yang mengumandangkan pesan Illahi tak beranjak dari Mekkah sampai turun wahyu untuk hijrah. Di Indonesia, di kalangan ulama NU, lazim dikenal mencintai tanah air sebagian dari iman. Bahkan pertempuran besar 10 Nopember 1945 yang terkenal sebagai salah satu perang paling brutal sedunia itu, tak lepas dari garansi doa Hadratus Syekh Hasyim Ashari yang menjanjikan syahid bagi mereka yang tewas pada pertempuran itu.

Tanpa rumah sama saja tak ada penghidupan.

Kemarin sangat mengejutkan presiden Afganishtan kabur ke Tajikistan mencari perlindungan, setelah istana kepresidenan diduduki Taliban dengan mudah. Tahun 1962 Bung Karno pernah mengunjungi Afganishtan. Dan yang heroik 29 Januari 2018 Presiden Joko Widodo tanpa rompi mengunjungi  Presiden Ashraf Gani. Keberanian itu diganjar Medal of Ghazi.

Ironis, ketika bagaimanapun konflik internal negara yang harus ditangani sendiri. Puncak peralihan kekuasaan itu pun anti klimaks. Dimana ratusan ribu tentara penjaga ibu kotanya. Bagaimana sikap para ulama mereka terhadap negeri ?

Yang menarik, ketika China terang2an mendukung Taliban, Biden malah makin menyalahkan pasukan Afgan yang pernah dilatihnya ga mau perang. Sebenarnya Afganishtan ini tanah air siapa ?


Jangan-jangan hanya tanah tempat adu kepentingan dimana hanya sekelompok bersenjata yang senang ganti-gantian adu perang. Itu bukan tanah air tapi gelanggang gladiator dengan sponsor.

Mari merenung, secara pribadi saya tidak pernah suka pada mereka yang mengatakan "kita belum merdeka". Ya bisa jadi kita melihat fakta kekurangan sana sini yang sama. Justru itulah tanggung jawab mensyukuri kemerdekaan. Kemerdekaan kita bukan "diberikan" yang bisa lalu menuntut lebih pada yang memberikan jika tak nyaman. Kita harus bersatu agar tanah air kita, tempat tinggal kita, nyaman kita jadikan tempat hidup kita dengan cara kita sendiri. Siapa lagi yang membuatnya besar kalau bukan kita.

Dirgahayu HUT RI ke-76, Indonesia tangguh Indonesia tumbuh !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline