Hari Raya Idul Fitri itu identik dengan perayaan kemenangan bagi umat Islam. Maka ucapannya Minal Aidzin wal Faizin. Menang berperang melawan hawa nafsu sebulan lamanya di bulan Ramadhan. Maka diberikan "rewards" pengampunan dosa oleh Alloh SWT.
Tapi untuk hubungan antar manusia, ya harus bermaaf-maafan sendiri. Apa rasanya jika kesalahanmu diampuni, dosamu termaafkan. Rasanya bersih, rasanya lega, rasanya lapang. Setelah itu bisa menjalani hidup dengan lebih baik lagi.
Sebenarnya, benarkah dosa kita dihapus ? Duerr .. apalagi jika mendengarkan tausyiah para ustadz tentang ciri-ciri orang yang terampuni dosanya. Njeglekk ... karena jangan-jangan kita masih relatif sama dengan sebelum-sebelumnya.
Tenang, seperti halnya kapal yang penting sang nahkoda mengarahkan kemana. Ibarat motor setang setirnya kemana. Jadi, merasa terampuni dosanya kemudian jadi lebih bersemangat hidup karena beban terangkat, itu fungsinya mengatasi inferioritas para pendosa. Sebaliknya, kesadaran bahwa masih banyak yang kurang dalam ibadah kepada Alloh SWT, itu fungsinya mengatasi sikap mentang-mentang alias arogan.
Itu lah Fitri. Kembali ke nol. Kembali ke jalan yang lurus. Manusia tak bisa kembali ke fitrahnya tanpa kehendak-Nya. Manusia juga tak bisa bekerjasama tanpa melupakan kesalahan-kesalahan orang lain di masa lalu.
Maka yang paling membahagiakan itu selalu punya harapan. Punya potensi rizki yang masih berlimpah. Orang yang percaya Tuhan, mudah untuk punya harapan. Karena berkali-kalipun diterpa badai ujian dia tetap percaya di jalan-Nya. Itulah nikmat Iman dan Islam. Selama dia percaya Alloh SWT, hidupnya makin tahan banting. Lalu pada gilirannya dialah sang pemenang.
Rasulullah dalam salah satu hadistnya pernah berkata tentang kriteria kekasihnya,
".... para kekasihku adalah mereka yang tidak pernah melihatku tetapi mereka percaya kepadaku. Dan kerinduanku kepada mereka lebih besar," (Riwayat Anas bin Malik)
Dalam konteks ibadah, umat Islam pasti mengikuti jalan sang nabi. Mereka yang mengikuti jalan rasul-Nya pasti merindukannya. Karena percaya, hidup dan matinya, keselamatan dunia akhiratnya terjamin asal mengikuti tuntunan sang rosul. That's Hope.
Kepercayaan tak perlu bukti cukup mengikuti. Karena Muhammad sang Nabi sudah mendoakan umatnya bahkan ratusan tahun sebelum umat masa kini terlahir.
Dengan harapan itu, umat Islam punya optimisme. Punya tujuan hidup mulia. Karena rosul tak suka mereka, yang berbuat kerusakan, menang sendiri, bahkan saling menyakiti. Sebaliknya yang harmonis saling bekerja sama, suka merendahkan hati, dan bekerja untuk kemanusiaan itulah jaminan disayang nabi.
"Orang-orang yang ada rasa Rahim akan dirahmati oleh Tuhan yang maha Rahman, yang memberikan berkat dan Mahatinggi. Sayangilah orang-orang yang di bumi supaya kamu disayangi pula oleh yang di langit."