Lihat ke Halaman Asli

Sigit Santoso

Peduli bangsa itu wajib

TGB: Paling Penting Keutuhan Kebersamaan Persaudaraan Kita

Diperbarui: 27 Oktober 2018   03:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TGB: bakar bendera itu tercela, tapi tak dukung khilafah (versi HTI) - gambar dari kumparan.com

Hari Santri Nasional di Lapang Alun-alun Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada 22 Oktober boleh jadi akan tercatat dalam sejarah. Karena telah terjadi Aksi pembakaran Bendera yang bertuliskan kalimat Tauhid. Menjadi heboh karena dilakukan oleh oknum anggota Banser. Tak pelak, beberapa hari ini sanggup memanaskan media sosial Indonesia. Viral video pembakarannya tersebar cepat. Dengan tag line Banser membakar bendera Tauhid. Dan seperti api yang membakar hutan ilalang kering, sentimennya menyebar. Simbol-simbol agama seperti ini memang sangat sensitif. Apalagi membakar secara umum akan diidentikkan dengan seruan pernyataan perang, atau permusuhan yang nyata.

Namun benarkah demikian ?

Gus Yaqut Cholil Qoumas, langsung pasang badan. Tegas dia meyakinkan bahwa yang dibakar adalah bendera HTI. Namun karena terlanjur dibakar dan menyulut keresahan umat. Oknumnya bahkan Ketua Umum GP Anshor itu dipolisikan. Apa komentarnya,"...Kalau soal laporannya, silakan saja. Nanti kan ada prosesnya. Lho iya dong (mengikuti proses hukum). Saya kan warga negara yang baik...,"

Apa bisa dibenarkan ?

Membakar, identik merusak, memusnahkan, menghancurkan, nah jika bendera itu dinisbatkan dengan kekuatan Islam ya jelas tak bisa ditolelir. Sehingga kesembronoan tindakan ini memang akan menuai kontroversi yang rumit. Permohonan maaf saja mungkin tak cukup, bahkan jika bola salju ini bergulirnya tak terkontrol bisa membesar dengan makin banyaknya penunggang sentimen agama yang oportunis.

Banyak yang mungkin tak peduli dengan HTI, tapi adanya kalimat Tauhid di bendera itu membuatnya beda. HTI bisa jadi tak punya bendera khusus, namun slogan dan lambang pergerakannya memakai Ar-Rayah dan Al-Liwa. Hadistnya pun ada, walaupun beberapa ulama ada yang mempermasalahkan kesahihannya. Artinya, HTI ingin mengindetikkan perjuangannya itu mewakili umat Islam dunia, sehingga serangan terhadap simbol-simbolnya adalah serangan atau bahkan ancaman terhadap Islam pada umumnya. 

Maka, fakta riil bendera dibakar ketika narasinya di arahkan pada tantangan kepada umat Islam adalah sangat serius. Ormas Pemuda islam terbesar di Indonesia justru "menantang" eksistensi agamanya sendiri ? Waspadalah ... waspadalah .... sekali lagi waspadalah ini adalah benih-benih antar saudara seiman, sebangsa dan se-tanah air.

Syukurlah Polisi dan aparat yang menjadi kunci dengan penanganannya bisa bertindak cepat. Dan, dimata hukum semua harus diproses. 

Tiga oknum Banser segera di amankan. Karena jika tidak Banser sudah pasti akan membela anggotanya, dalih bendera HTI yang dibawa provokator akan selalu jadi pembenaran. Maka penting juga untuk menemukan si pembawa bendera. 

Kemarin, 25/10/2018 Kabareskrim Polri Komjen Arief Sulistyanto membeberkan bahwa si oknum pengibar bendera yang itu sudah diamankan penyidik Polda Jawa Barat di Bandung dan diperiksa sebagai saksi. Maka, gambaran cerita lengkapnya mudah-mudahan menjadi terang benderang. Lebih baik lagi jika si oknum pembawa bendera menjadi awal penyelidikan lanjutan siapa aktor intelektual dibalik itu.

Hari ini 26/10/2018 kabarnya akan ada Aksi Bela Tauhid di di depan Kantor Menko Polhukam kawasan Monas berkaitan dengan kasus ini. Narasi penistaan agama sehubungan dengan kejadian pembakaran Bendera itu pasti akan digeber. Seribu orang direncanakan datang, dan aparat bahkan akan mengamankan dengan 7.633 personel gabungan jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline