Seminggu ini rasanya full drama terorisme, dari penyanderaan mako brimob, bom 3 gereja di Surabaya, rusunawa Sidoarjo, dan pagi ini bom masih meledak di Mapolresta Surabaya.
Kita takut ? Tidak sama sekali. Berduka dan bersimpati pada para korban iya, mereka sesama anak bangsa sesama manusia yang benar-benar hidup menghargai hidup sebagai anugerah Tuhan.
Tujuan terorisme dimana pun sama. Menyebar teror, jika ketakutan tercipta tujuan berhasil. Bom yang meledak sendiri hanyalah aksi, namun ada peperangan lain yang sedang dibangun. Yaitu di panggung-panggung dimana ketakutan bisa disebar, dan di narasi-narasi yang membuat sesat. Itu yang harus kita lawan.
Karena ini rumah kita. Rumah kita yang diacak-acak. Siapa lagi yang membereskan kalau bukan kita sendiri. Dan ini rumah bersama kita, bukan rumah kontrakan, rumah sewa, yang bisa kita serahkan pada orang lain lalu kita kabur. Tidak ! ini rumah kita dan harus bersama-sama kita jaga dan kita ENYAHKAN perusuhnya.
Ketika Bapak Presiden, berucap .. " Negara dan seluruh rakyat tidak pernah takut dan tidak akan pernah memberi ruang ke terorisme.."
Itu berarti ruang penyebaran ketakutan harus dinihilkan. Tidak ada foto-foto mengerikan yang disebar. Sebaliknya narasi teganya orang tuanya yang sampai mengajak anak-anaknya menjadi pembom tanpa hak mereka memilih adalah kekejaman tak terperi. Jangan ada anggapan mujahid berbaju surga bagi teroris. Teroris tidak ada di agama manapun, mengapa dia berhak ke surga ?
Ketika Bapak Presiden Joko Widodo, makin geram, tanpa ragu memerintahkan,"..saya tegaskan kita akan lawan terorisme, akan kita basmi sampai ke akar-akarnya! "
Perhatikan kalimat sekeras itu terakhir adalah yang keluar dari Jenderal Suharto saat akan membasmi PKI pada aksi pengkhiatannya. Maka aksi tembak ditempat menjadi sah, bagi aparat. Bukan kita bangsa Indonesia yang takut, tapi mereka yang harus pergi dari negeri ini. Terlalu lama dan cukup, untuk teroris yang tidak tau dikasih kesempatan hidup di negeri nan permai ini. Kalau tak mau tobat, terlambat untuk kata selamat.
Ya, memang ada sedikit pengganjal yang mungkin menjadikan para teroris berpesta. Tarik ulur revisi UU terorisme. Bangsa kita memang terlalu manis. Dulu ketika ISA diberlakukan di Malaysia, dedengkot gerombolan Nurdi M Top ngacir ke bumi persada. Anehnya, sudah ngebom masih saja ada yang memujanya sebagai suhada.
Cukup maka sang Kepala Negara memberi ultimatum," Kalau nantinya di Bulan Juni di akhir masa sidang ini belum segera diselesaikan, saya akan keluarkan Perpu..." Maka menyatulah nanti semua kekuatan negeri ini.
Narasi-narasi kita adalah narasi keberanian, kewaspadaan, dan bukan ketakutan. Arek Suroboyo adalah pemenang pertempuran paling brutal sepanjang sejarah dunia sehingga 10 Nopember ditahbiskan sebagai hari Pahlawan. Maka kita adalah warga bangsa yang cinta damai tapi juga tak akan memberi ampun pada siapapun yang memberi ancaman bagi perikehidupan.