Lihat ke Halaman Asli

fivi erviyanti

Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota 19 Universitas Jember

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Tebu di Lahan Karst Gedangan, Kabupaten Malang

Diperbarui: 6 Mei 2021   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu luasan yang ada di permukaan bumi dengan karakteristik tertentu yang meliputi tanah, biosfer, lapisan geologi, serta merupakan hasil pekerjaan manusia di masa lampau, kini, hingga mendatang. Penggunaan lahan oleh manusia diantaranya dapat berupa permukiman, pertanian, kawasan perdagangan dan jasa, industri, ataupun sarana prasarana lainnya yang mendukung keberlangsungan hidup. Suatu lahan memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan  apabila dikelola dengan baik. 

Namun apabila penggunaan lahan tidak sesuai dengan kemampuannya, maka lahan tersebut justru akan mengalami kerusakan. Oleh karena itu untuk mengetahui kemampuan serta kesesuaian suatu lahan, diperlukan evaluasi agar perencanaan tata guna lahan tersebut dapat disusun secara efektif dan optimal.  Evaluasi lahan ini merupakan proses penilaian terhadap sumberdaya lahan yang akan dicapai dalam rangka memenuhi tujuan tertentu serta dilakukan melalui pendekatan atau teknik ilmiah. Nantinya hasil dari evaluasi lahan ini akan memberikan informasi mengenai potensi serta arahan penggunaan lahan sesuai keperluan perencana.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara agraris yang mana sektor pertaniannya menjadi penyokong utama perekonomian. Dalam kegiatan pertanian, tiap-tiap komoditas membutuhkan kondisi lahan yang berbeda-beda tergantung jenis/varietasnya. Hal ini juga berlaku pada tanaman tebu, yang merupakan salah satu komoditas pertanian terpenting di Indonesia. Di Jawa Timur, lahan tebu tercatat seluas 203.566 ha yang terdiri dari perkebunan tebu rakyat 184.211 ha, perkebunan tebu negara 18.950 ha dan perkebunan swasta 656 ha. Di Kabupaten Malang, rata - rata produktivitas tebu mencapai 90 ton/ha dalam 5 tahun terakhir (2012-2016). Salah satu daerah sentra produksi tebu di Malang ialah Kecamatan Gedangan.

Di gedangan, tebu banyak dibudidayakan pada lahan dengan landform karst yang termasuk kedalam Formasi batuan Wonosari (Tmwl). Varietas yang ditanam sebagian besar merupakan varietas BL atau Bululawang dengan potensi produksi yaitu 94,3 ton/ha (secara nasional) yang dipilih karena kadar gulanya lebih tinggi dibanding varietas lain. Menurut petani setempat, produksi gula di gedangan masih tergolong rendah karena sifat tanah pada landform karst yang memiliki kandungan liat tinggi serta kandungan air dan hara yang rendah. Oleh sebab itu diperlukan evaluasi kesesuaian lahan pada daerah karst dan penyusunan kriteria kesesuaian lahan tanaman tebu khusus untuk daerah karst itu sendiri.

Dalam suatu kajian, penelitian dilakukan dengan survey terkait indentifikasi morfologi tanah yang kemudian dianalisis menggunakan bantuan software pemetaan seperti ArcGis. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa Kelas Kesesuaian Lahan tanaman tebu pada lahan karst formasi Wonosari menghasilkan 3 versi, yaitu :

  • Kelas kesesuaian lahan sebelum di modifikasi dengan KKL S3 (Sesuai Marginal) dan N (Tidak Sesuai)
  • Kelas kesesuaian lahan setelah di modifikasi metode boundary line dengan KKL S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai Marginal) dan N (Tidak Sesuai), dan
  • Kelas kesesuaian lahan setelah modifikasi kelas persentase produksi dengan KKL S1 (Sangat Sesuai), S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai Marginal) dan N (Tidak Sesuai)

Terdapat 6 karakteristik lahan yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tanaman tebu di Gedangan,  yang diantaranya meliputi C-organik, N-total, P tersedia, Kdd, kedalaman tanah dan kemiringan lereng. Produktivitas tanaman tebu akan semakin menurun dan rendah jika kemiringan lereng melebihi 30% atau mendekati curam, sedangkan produktivitas tebu akan semakin naik jika daerah memiliki lereng dibawah 15%. Lereng yang semakin curam dan semakin panjang akan mengakibatkan tanah menjadi mudah erosi atau kehilangan zat hara karena aliran air. 

Sementara itu hubungan kedalaman tanah dengan tingkat produktivitas tebu yaitu jika kedalaman tanah kurang dari 50 cm maka produktivitasnya akan rendah, namun bila bila kedalamannya 110 cm maka produktivitasnya akan bagus. Berdasarkan Modifikasi metode boundary line, diperoleh hasil kelas S2, S3 dan N dengan tingkat keakuratan hasil sebesar 75%. Lalu dilanjutkan pada modifikasi metode kelas persentase produksi dengan keakuratan hasil kelas kesesuaian lahan sebesar 91%.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline