Lihat ke Halaman Asli

Bahaya Laten Korupsi, Lawan!!

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut asal kata, korupsi berasal dari kata berbahasa latin, corruption. Kata ini sendiri punya kata kerja corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Jika menurut Transparency International, korupsi adalah prilaku pejabat publik, politikus atau pegawai negeri yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengan dirinya dengan cara menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut hukum di Indonesia, penjelasan mengenai korupsi ini ada dalam tiga belas pasal UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 21 Tahun 2001. Menurut UU itu, ada tiga puluh jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak korupsi.

Banyak faktor-faktor yang disebabkan korupsi, seperti penegakkan hukum dan layanan masyarakat jadi amburadul. Di lalu lintas misalnya, dari mengurus Surat Ijin Mengendara (SIM) sampai sidang kasus tilang, tidak ada lagi yang berjalan sebagaimana mestinya seperti yang dapat kita lihat faktanya. Kemudian, pembangunan fisik terbengkalai. Seperti jalanan rusak atau gedung sekolah reyot,  mulai dari mengorbankan kualitas bahan bangunan mereka bisa mengantongi uangnya sampai membuat proyek yang sebenarnya tidak perlu.

Lebih ironis lagi, prestasi jadi tidak berarti. Seharusnya orang bisa menduduki jabatan tertentu karena berprestasi dan berkompeten. Tapi kenyataan bicara lain, siapa saja bisa menduduki posisi apa saja dengan syarat memiliki uang dan kekuasaan. Alhasil, sangat banyak posisi penting yang diduduki oleh orang yang “nggak becus.” Lantas kita dan rakyat lagi yang kena getahnya.

Selanjutnya, demokrasi jadi tidak jalan, yang terjadi malah mobokrasi. Pemilihan wakil daerah setelah terpilih, sebagian tetap saja lebih mengutamakan kepentingan mereka yang memiliki uang ketimbang mereka yang memilih. Melihat situasi ini, jangan heran jika rakyat tidak percaya pada demokrasi. Apalagi saat ini, hampir seluruh parpol yang ada di parlemen terjerat kasus korupsi.

Faktor terakhir, ekonomi jadi ancur. Ada dua kata kunci: tidak efisien. Ingin membuat pabrik saja harus nyogok sana nyogok sini. Ingin membuka usaha dengan modal kecil, kalah sama perusahaan bermodal besar yang dekat dengan pemegang kekuasaan. Tidak heran orang asing mulai “males” investasi di Indonesia. Buntut-buntutnya, rakyat juga yang pada akhirnya menjadi sengsara. Mencari kerja susah, bertahan hidup apa lagi? (Fityan Benz Lenin)

KEPALKAN!! LAWAN!! HANCURKAN!! SEGALA TINDAKAN KORUPSI SAMPAI TERJUNGKAL DIHADAPAN RAKYAT!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline