Lihat ke Halaman Asli

Toleransi Antaragama di Era Majapahit

Diperbarui: 20 November 2024   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Toleransi Antar Agama di Era Majapahit: Sebuah Cerminan Keharmonisan Beragama

Kerajaan Majapahit, yang berdiri dari akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-16, merupakan salah satu peradaban besar di Nusantara yang memiliki dampak signifikan terhadap sejarah budaya dan agama di Indonesia. Majapahit terkenal karena kemampuan politik dan militernya yang luar biasa, namun salah satu aspek yang tidak kalah menarik adalah bagaimana kerajaan ini mengelola keberagaman agama dalam masyarakatnya. 

Meskipun didominasi oleh agama Hindu-Buddha, Majapahit memberikan ruang bagi berkembangnya agama-agama lain seperti Islam dan kepercayaan lokal, menciptakan suasana toleransi antar agama yang patut dicontoh.

1. Keberagaman Agama di Majapahit

Pada masa kejayaannya, Majapahit menjadi kerajaan yang sangat luas, menguasai wilayah dari Jawa, Bali, Sumatra, hingga sebagian Kalimantan dan Sulawesi. Dengan luasnya wilayah tersebut, Majapahit tentu dihuni oleh berbagai kelompok etnis dan agama. Agama Hindu-Buddha adalah agama yang dominan di kalangan raja dan bangsawan, yang mempengaruhi sistem pemerintahan, kebudayaan, dan seni. 

Namun, masyarakat Majapahit juga terdiri dari berbagai kelompok yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda, termasuk Islam yang mulai diperkenalkan oleh pedagang dari Timur Tengah dan India.

Walaupun agama Hindu dan Buddha memegang peran utama, agama-agama lain, terutama Islam dan kepercayaan lokal, diterima dan dihormati. Hal ini mencerminkan kebijakan terbuka dari kerajaan Majapahit dalam menyikapi perbedaan agama di dalam masyarakatnya.

2. Kebijakan Raja Majapahit dan Toleransi Beragama

Pemerintah Majapahit, terutama pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan penuh toleransi. Mereka tidak hanya menjaga stabilitas politik, tetapi juga menciptakan iklim sosial yang mendukung keberagaman. Meskipun Hindu-Buddha menjadi agama resmi kerajaan, para pemimpin Majapahit tidak menutup kemungkinan bagi agama lain untuk berkembang.

Gajah Mada, sebagai Patih Amangkubumi, dikenal memiliki visi besar untuk menyatukan Nusantara di bawah satu payung Majapahit. Meskipun demikian, ia tetap memelihara kebijakan toleransi terhadap agama-agama yang ada di wilayah tersebut. Ia mengutamakan persatuan, di mana setiap agama dan kepercayaan yang berbeda mendapat ruang untuk berkembang.

3. Penyebaran Islam di Majapahit

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline