Lihat ke Halaman Asli

"Nglawang", Hiburan Ekstra Hari Raya Galungan Anak-anak Bali

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Entah sudah berapa kali magnet pulau Dewata menarik saya ke dalam pusaran keindahan dan keramahan alam dan budayanya. Dan sampai saat ini belum terbersit sedikitpun rasa bosan di benak saya. Ah.... Bali memang selalu membuat saya kembali dan kembali, kebetulan sat ini bertepatan dengan perayaan Hari Raya Galungan umat Hindu Bali yang berlangsung pada Rabu, 22 Oktober 2013. (Hari raya Galungan belum menjadi "tanggal merah" pada tanggalan nasional, jadi hal ini menjadi "bonus" liburan saya. Hari Raya Galungan adalah hari raya umat Hindu untuk merayakan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan).

Sejak hari senin sudah nampak kesibukan warga (terutama para taruna/ni) dalam menyongsong hari Galungan; yang paling menonjol adalah pembuatan dan pemasangan 'penjor' (: sebilah bambu panjang utuh dari bawah sampai bagian atas yang melengkung, yang dihiasi dengan janur / daun muda kelapa dan juga daun lontar serta diberi lampu hias dan selalu diletakkan sesaji. Sehingga seluruh jalan raya di pulau Bali menjadi semakin indah di hari raya Galungan (dan juga Kuningan).

Kemeriahan hari raya Galungan sangat terasa; sejak pagi hari terdengarlah suara tetabuhan gamelan dari berbagai arah yang membuat penasaran. Anak-anak berlarian ke luar rumah dan berseru: "barongan.... barongan"; (demikian juga dengan para orang tua), dan tidak ketinggalan juga dengan saya untuk mendekati ke arah sumber suara. Tampaklah sekelompok anak laki-laki (berjumlah sekitar 8_10 orang; usia sekolah SD/SMP) yang dengan penuh semangat dan gembira menabuh seperangkat gamelan Bali yang mereka pikul / usung yang diikuti oleh "Barongan" berkepala Macan atau Babi, atau lainnya. Yang juga menark perhatian saya, Salah satu diantara mereka tampak mengalungkan sebuah "kotak" yang bertuliskan kata DONATION yang terlihat menonjol / spot-light.

Dari upaya bertanya kiri-kanan serta merujuk dari apa yang sedang mereka lakukan, ah ..... ternyata mereka sedang melakukan "NGLAWANG", -bahasa Bali-, yang jika diartikan secara bebas (maaf kalo keliru) berarti: dari pintu ke pintu / door to door. Ya.... kelompok anak-anak ini sedang datang menghibur dari pintu ke pintu (gerbang) rumah keluarga, pasar, restauran, coffee shop, art galery, cafe, hotels, guest house yang mereka lintasi. Tidak ada paksaan atau keharusan bagi setiap penikmat hiburan mereka untuk "mengupahi" / memberi imbalan, namun apresiasi atas upaya tersebut meringankan tangan semua yang terhibur untuk memenuhi kotak donasi mereka. Apalagi setelah mendengar penjelasan salah satu dari mereka bahwa uang yang terkumpul tersebut akan mereka manfaatkan untuk membuat kaos (T-shirt) seragam kelompok dan juga lebihnya untuk acara makan-makan bersama, serta menambah kas kelompok; dan memang semuanya menjadi terhibur, tidak terkecuali para turis domestik maupun mancanegara yang juga mengabadikan momen ini sebagai salah satu dokumen liburan mereka;

"Nglawang" juga telah membuat saya terkenang akan masa-masa kecil saya yang bersama teman sepermainan juga melakukan hal yang "mirip" yaitu: 'ngamen' lagu-lagu Natal / Rohani dari pintu ke pintu di lingkungan sekitar tempat tinggal pada malam Natal & Tahun Baru dengan "imbalan" kue dan permen,
Hmmmm, Selamat hari raya Galungan dan selamat menyongsong hari raya Kuningan, 2 November 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline