Lihat ke Halaman Asli

Ramadhan di Alun-Alun Malang, -Suatu Siang Nan Terik-

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_127917" align="alignleft" width="293" caption="tertidur utk menunggu"][/caption] [caption id="attachment_127912" align="alignright" width="302" caption="kumpul-kumpul utk menungg"][/caption]

#By Fits Radjah# Sama seperti kota-kota lain di pulau Jawa, kota Malang juga memiliki sebuah alun-alun yang bahkan (mungkin saja) yang terindah dari yang pernah saya lihat. Letaknya yang  strategis, tepat di jantung kota, menjadikan alun-alun mudah dijangkau dari arah mana saja, dan oleh siapa saja. Ya, Sifatnya yang "terbuka" dan "cair" membolehkan siapapun itu datang untuk menikmati dan bahkan 'nmenciptakan' dunianya sendiri di alun-alun.

Sebagai pusat dari "panggung segala kehidupan", didukung dengan kerindangan yang tercipta oleh pohon-pohon Beringin berusia ratusan tahun, Tanaman-tanaman Hias, serta Perdu yang berpadu serasi membuat suasana asri nan akrab, membuat semua yang berkumpul mampu tenggelam; tenggelam bersama kerabat untuk saling berinteraksi maupun yang tenggelam dalam kesendiriannya masing-masing. Alun-alun adalah "OASE" bagi para "pengelana kota" di kota Malang.

[caption id="attachment_127930" align="alignright" width="300" caption="menata sabar utk menunggu                                        "][/caption] [caption id="attachment_127925" align="alignnone" width="300" caption="menggiiring harap utk menunggu"][/caption]

Menunggu datangnya Magrib sebagai  "waktu" yang tertuju.........    .  Magrib, saat segala penantian dilepaskan untuk  mencoba mengecap kelegaan yang mampu terkumpul. Menunggu sembari 'mencoba' menghitung seberapa besar ke-Agung-an YMK mampu terpancar untuk sesama sebagai ungkapan terima kasih padaNYA, sesuai selera masing-masing.

perlu pulas utk menungg menghitung hasil utk menunggu

Cerita kehidupan di panggung kehidupan oleh pelaku kehidupan! nyata walau lebih sering diabaikan, karena.... ah sekat-sekat ciptaan mereka yang menamakan diri orang-orang hebat. Terpinggirkan karena dinilai pantas untuk  hanya mengharapkan remah-remah yang tercecer dari sang penceroboh. Menunggu sambil membangun asa serta merajutnya dalam kebisuan; Namun asa yang tak pernah berhenti dan padam menghadirkan senyum, karena CINTA & KASIH ...., Kehidupan...., Anugrah & Rahmad....  oh... dari dan untuk Sang Empunya Hidup! Begitulah dan Inilah romansa kehidupan, di bulan Ramadhan, suatu siang nan terik  di Alun-Alun kota Malang, tercatat sudah. [FCR/260811]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline