Lihat ke Halaman Asli

Fitroh Kurniadi

Penulis, Jurnalis, dan Editor Berita

Puisi-Puisi Fitroh Kurniadi: Memungut Doa

Diperbarui: 10 Juli 2022   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Memungut Doa

Pagi datang mengetuk pintu hati yang paling keras,
tertutup rapat-rapat.
Menyampaikan salam yang tak terjawab
hingga embun lenyap,
saat mentari hinggap di pohon kemboja
yang kering setelah musim penghujan.

Waktu mengubahnya.
Nama yang mekar berkali-kali sebenarnya
sudah berjanji untuk menemui pagi tepat waktu.

Sebelum azan Subuh,
diharap tertanam dalam tubuhnya segala waktu
dan hati yang terbuka untuk segala musim dan detik.

Puasa tiba. Ia ada di mana-mana.
Nama memungut doa
untuk ditiup di tiap pagi yang buta.

2022

#

Menjadi Jejak

Ia dalam sepi
bercakap dengan tubuhnya sendiri.
Mengingat pergerakan waktu sampai di titik ini
dan jatuh pada segelas kopi.

Tak ada jawaban,
karena pagi menjadikan tubuhnya pergi.

"Pada akhirnya kau harus membebaskan tubuhmu,
terdiam atau bergerak.
Mengikuti ritme yang akan menjadi jejak,"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline