Lihat ke Halaman Asli

Sedikit Kisah BBM dari Pulau Karimun

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bukan orang yang suka komentar banyak tentang kondisi negara ini kayak pemilu, atau politik, atau naik nya harga BBM terhitung 24 jam yang lalu. Lebih suka baca buku, atau review tempat wisata, yang bisa direkomendasikan ke banyak orang.

Nah perkara harga BBM baru ini yang agak-agak bikin greget. Semua orang heboh dengan BBM yang naik, antrian yang mengular di banyak SPBU di berbagai kota. Di Pulau Karimun (Kep. Riau), hal seperti itu sudah terjadi sejak akhir Agustus 2014, pas setelah seminggu Hari Raya Idul Fitri.

Antrian panjang demi antrian panjang berlangsung dari Agustus – November ini, artinya 3 bulan sudah antrian BBM terjadi di Karimun. Sebenarnya aku tidak setiap hari ikut-ikutan antri, ya paling seminggu tiga kali deh. Kenapa bisa seminggu tiga kali? Karena aku bekerja di sebuah Site yang letak nya jauh dr pusat keramaian, 35 Km dr Ibu kota Kabupaten. Seminggu paling banyak tiga kali mengurus berbagai keperluan kantor di Kota. Itu artinya dianter oleh temen-temen di balik juru kemudi, dan kegiatan pertama yg pasti dilakukan adalah antri di SPBU. Biasanya start dr site itu jam 8 pagi.

Sebenernya aku bukan orang yang suka ngeluh tentang antrian ini, karena selama antrian berlangsung aku masih bisa ngobrol panjang lebar dengan temenku. Bercerita tentang pengalaman mereka yang mayoritas jg perantauan seperti ku. Udin yang dari sebuah kota di Sumatra Utara, atau Bang Ridwan yang ternyata orang Makassar. Lain waktu aku pergi dengan Bang Jerpin dan Beni. Banyak deh hal cerita yang lucu, mengharukan, dan menginspirasi dalam perjalanan hidup mereka sampai di Pulau Karimun ini.

Empati. Itu yang aku rasakan terhadap pekerjaan mereka sehari-hari. Karena sejak BBM sulit di Pulau ini, artinya waktu mereka banyak di habiskan di SPBU. Butuh 40 – 120 menit untuk bisa sampai di antrian terdepan. Coba deh berapa tuh kerugian nya dari sisi efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja. Dan ketika sudah sampai waktunya pun, kita hanya bisa mengisi 100rb saja.. Hellowww.. Site – Kota saja butuh 70km untuk Pulang Pergi. Kendaraan operasional yang mayoritas memiliki CC tinggi semacam Innova atau Fortuner tentu saja tidak bisa diisi penuh. Itu artinya, siang hari harus ikut antri lagi.

Nah sekarang dengan harga BBM naik 2000 aja, Karimun yang hanya punya satu SPBU untuk melayani kebutuhan penduduk satu pulau ini, pasti akan bertambah beban nya. Biasanya orang-orang mulai antri dari jam 9 malam, dengan cara memarkirkan kendaraan mereka. Keesokkan paginya jam 6 mereka mulai datang ke SPBU, karena SPBU dibuka mulai pukul 07.00 WIB.

Semoga keputusan bapak presiden mengalihkan subsidi ini bisa mempermudah fasilitas di Pulau ini yang banyak sekali harus dibenahi, seperti pembangunan jalan, atau sekolah-sekolah yang baik.

Karimun, sebuah pulau di Barat Sumatra, 90 menit dijangkau dari Singapore dan Batam, semoga bisa menambah jumlah SPBU menyusul beberapa perusahaan ternama milik Eropa beroperasi disini. Agar masyarakat disini juga bisa merasakan pembangunan yang adil dan merata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline