Tampak embun sedang mulai meneduh, hilir angin melambai daun, semua tampak hitam.
Langit : "Tolong lihat aku!", perintahnya lirih kepadaku.
"Aku tak bisa melihatmu, hanya awan gelap yang kulihat." Jawabku sambil mencari celah cahaya
Langit pun menjawab "Tolong temani aku ulurkan tanganmu dan lihatlah keatas, sebentar lagi kan kuceritakan hidupku."
Tanpa bertanya ku ikuti perintahnya. Tak lama kemudian air turun dari atas perlahan membasahi tanah yang kupijak. Kumerasa langit ku sedang tidak baik-baik saja.
Seketika itu aku bertanya kepada langit "Ada apa gerangan?
Apa aku melakukan kesalahan terhadapmu?"
"Dingin dan kosong yang kurasa, tenang saja kamu tak ada salah denganku." Timpalnya
Sesak nafasku, tertunduk kepalaku dan membatu tubuhku mendengarmu. Gumamku "Kenapa aku seolah-olah bisa merasakannya."
Tak lama kemudian langit bertanya lagi kepadaku
"Apa aku bisa memiliki warna biru yang dulu lagi? Apa aku bisa memberi warna jingga yang kalian tunggu setiap sore? Apa aku bisa ...."
Pertanyaan langit terhenti,
Kulihat ke atas, dia semakin tertutup oleh awan hitam yang pekat dan air langit pun semakin deras membasahiku. Tak kusadari pertanyaannya membuat air mataku menetes dan bercampur dengan air langit yang membasahiku.
Perlahan-lahan kucoba berbicara kepada langit "Hai langit, aku ingin bertanya kepadamu. Jika aku menemanimu di bawah sini setiap hari tanpa aku berteduh di bawah rindangnya pohon dan hangatnya rumah, apa kamu bisa berjanji kepadaku tidak akan seperti ini lagi?"