Lihat ke Halaman Asli

Mencari Pemimpin Amanah

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebentar lagi kita akan mengikuti pemilihan presiden 2014. Dan kita baru saja menyelesaikan pemilihan umum legislatif 2014 untuk menentukan wakil rakyat yang akan duduk di DPR. Sekarang memasuki tahapan pilpres, kita punya dua pasang capres dan cawapres yang akan bertarung di pemilihan umum presiden 9 Juli mendatang.

Siapaun pemimpin kelak, bagi rakyat tentu yang diperlukan adalah rakyat menjadi subjek, bukan objek bagi kebijakan pemerintahan kelak. Oleh karena itu, pemimpin yang diidamkan rakyat tentu saja pemimpin yang amanah, yang mengayomi seluruh rakyat negeri ini dari Sabang sampai Merauke, Papua.

Jadi, hasil pemilihan umum Presiden adalah terpilihnya seorang pemipin bangsa yang benar benar merupakan pilihan rakyat yang akan menentukan nasib rakyat. Hal itu berarti jika rakyat ingin mengubah nasibnya sejak sekarang, harus bisa menentukan pilihan pada calon pemimpin yang memang bisa diharapkan dapat mengubah nasib rakyat. Sesuai dengan Alquran Surat Arrad ayat 11'yang artinya :"sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri mengubahnya".

Di negeri demokrasi seperti Indonesia, pemilu bisa berarti duatu upaya mengubah nasib rakyat. Misalnya dari miskin menjadi tidak miskin lagi, susah menjadi senang yang pada gilirannya seperti yang dicita citakannya, menjadi sejahtera. Rakyat tinggal memilih calon pemimpin mana yang kira kira kelak berbuat untuk rakyat bukan untuk kekuasaan.

Di sini berarti memilih calon presiden adalah menentukan nasib setidaknya lima tahun ke depan. Hanya pemimpin yang diketahui sepak terjang (track record) nya yang tentunya layak untuk dipilih oleh rakyat karena calon pemimpin itu benar benar aspiratif dan dekat dengan rakyat. Dengan demikian, sang pemimpin menyatu dengan rakyat, bukan berjarak apalagi diberi jarak atas nama tugas negara yang membuatnya berjarak dengan rakyat. Bukankah mereka dulu ketika kampanye selalu dekat dengan rakyat?

Lalu, apakah partai politik bisa memberikan calon presiden sebagai pemimpin yang amanah sesuai kehendak rakyat?

Tidak mudah menjawabnya. Sebab, rakyat yang memilih wakilnya melalui pemilihan umum legislatif adakalanya tidak lagi memilih calon pemimpin yang diajukan oleh partai politik. Tetapi, prinsipnya rakyat harus menentukan pilihan yang setidaknya dianggapnya sesuai dengan keyakinannya atau akidahnya.

Sebagaimana telah saya kemukakan di atas, sosok pemimpin akan sangat menentukan, sedangkan faktor lain hanya faktor yang mendukung calon pemimpin itu dipilih oleh rakyat. Kiranya lebih penting lagi bagi calon pemimpin adalah komitmen terhadap aturan baik mengacu pada kehidupan nasional maupun religiusitas. Acuannya adalah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yakni sidiq, amanah, tabligh dna fathanah.

Hal ink akan tercermin dari sepak terjangnya selama ini, apakah dia memang sidiq, amanah, tabligh dan fatanah. Kejujuran, memegang teguh janji, kemudian menyampaikan segala sesuati yang berkaitan dengan kemaslahatan orang banyak dan fatanah, itu seharusnya menjadi pakaian bagi seorang pemimpin nasional tersebut. Ini akan mencegah pemimpin dari perbuatan yang pada intinya berupa penyelewengan.

Akhirnya, seorang pemimpin diharuskan berilmu dan mempunyai keberanian yang tegas. Keduanya akan membuat karakter pemimpin itu menjadi panutan bagi rakyatnya. Semoga pilpres nanti bisa melahirkan pemimpin yang amanah bukan yang hanya tidur saat bahas soal rakyat.

Salam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline