Lihat ke Halaman Asli

Fitri Rahayu

Mahasiswa Profesi Guru

Memperingati HUT RI: Kolaborasi Tua-Muda dari Tanding Voli sampai Makan Mi

Diperbarui: 17 Agustus 2023   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

#KitauntukIndonesia

Jauh sebelum hari ini, isu tua-muda di negara kita sangat menarik perhatian. Golongan muda terkesan terburu-buru karena semangatnya, dan golongan tua terkesan lamban karena kehati-hatian dan kebijaksanaannya. Isu ini bahkan yang melatarbelakangi hari kemerdekaan Indonesia jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945. 

Menyikapi kekalahan Jepang yang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus di tahun yang sama, golongan muda dan golongan tua memiliki perbedaan pendapat. 

Golongan muda mendesak Soekarno-Hatta untuk segera mengumumkan kemerdekaan, sementara golongan tua berpendapat bahwa proklamasi harus diputuskan melalui sidang PPKI (Kurniawan, 2022). 

Keduanya memiliki tujuan yang sama, tetapi memiliki pemikiran dan strategi berbeda. Hal yang semakin menarik adalah selalu ada jalan tengah di antara dua pilihan, dan jadilah proklamasi kemerdekaan dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah adanya peristiwa Rengasdengklok.

Puluhan tahun telah berlalu, kita memperingati HUT RI hari ini dengan berbagai cara yang kita bisa. Bisa lomba balap karung, bakiak, kelereng, sampai panjat pinang, apa saja bisa! Tak terkecuali di tempat penulis. 

Kepanitiaan Tujuh Belasan yang terdiri dari bapak-bapak dan anak muda nge-blend untuk menyeleksi usulan perlombaan. Tentunya hal ini membuka komunikasi yang jarang-jarang. 

Biasanya, bapak-bapak berkumpul dengan bapak-bapak juga, dan anak muda berkumpul dengan anak muda juga. Momen Agustus-an ini cocok untuk keduanya berkumpul. Asyik, ya.

Komunikasi yang sudah terbentuk misalnya, mereka bergabung menjadi tim voli putra. Tetangga saya--sebut saja pak Budi--biasanya sangat sibuk di DKM menjadi imam dan panitia PHBI (Peringatan Hari Besar Islam), ketika bertanding, semua warga menyambutnya dengan tepuk tangan riuh untuk mendukung Sang Imam yang umurnya sudah lebih di atas 50 tahun. 

Sementara itu, tetangga saya yang lain--sebut saja Aldo--yang berumur pertengahan 20 tahun, biasanya sangat sibuk berprofesi sebagai saxophonist wedding, terjun juga satu tim dengan pak Budi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline