Lihat ke Halaman Asli

Nur DianaFitri

Nama : Nur Diana Fitri

Temanku yang Konyol

Diperbarui: 4 Desember 2019   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kejadian kurang lebih dari 8 tahun yang lalu ketika saya masih SD duduk di bangku kelas 4. Kelas yang paling ujung berdekatan dengan WC sekolah. Saat itu saya dan teman dekatku duduk sambil bercanda tawa. Ada salah satu dari teman kami yang sikapnya paling jahil kadang pulpenku yang dipinjam, diam-diam mengambil dalam tempat pensilku. Tapi menurutku itu hanyalah hal sepele, karena kadang jika ngumpul bersama dia mengakui itu bahwa selelu megambil pulpen dari salah satu tas kami. Kadang sih kami marah dengan tingkahnya itu, karena tanpa sepengatahuan kami dia tak mengatakan pulpen dari salah satu tas kami. Dan adapun dari kami yang marah dari sikap teman saya itu.

   Saat pulang sekolah kami berencana ingin pergi jalan bersama maklumlah masih anak sekolahan pikiran masih kekanak-kanakan jadi pastinya tidak tenang jika tinggal terus dirumah.Tapi karena bercandanya sikap teman saya,sebuah kecelakaan mungkin tak terduga.Tidak ada niat diantara kami untuk saling menjatuhkan atau merendahkan,saat itu teman saya yang sangat usil dengan membawa buku tulisku dan dilemparkan keatas lalu ditangkapnya.Dia berfikir bahwa aku marah padanya tapi dengan kelakuannya itu kuhanya diam menatapnya dengan serius.Tapi dibalik tatapanku itu saya merasa emosi dengan tingkahnya yang terlalu kekanak-kanakan.Saat dia menatapku kuhanya menatapnya kembali dengan tatapan yang sangat serius.Mungkin terlintas difikirannya bahwa aku marah karena dia telah menjatuhkan bukuku.

   Kuberniat membalas perbuatannya pada saat sore hari.Diwaktu itupun ku mengambil bukuku yang ada diatas mejanya lalu memasukkan buku itu keadalam tasku sambil menatapku dan tersenyum kecil.Tapi dia heran dengan tatapanku yang begitu marahnya saya.karena tadinya aku tanpa berekspresi tiba-tiba langsung marah begini.Dia bertanya kepadaku mengapa dengan ekspresi wajahmu yang tadinya tak begini.Dan kumenjawabnya emang kenapa dengan ekspresi wajahku "Ya ngak papa sih wajar aja kamu marah karena kelakuanku yang terlalu kekanak-kanakan.kubingung dengan perkataanku seolah aku tak sadar berbicara begitu dengannya.Ku tak bisa berbicara apa- apa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline