Lihat ke Halaman Asli

Fitri Manalu

TERVERIFIKASI

Best Fiction (2016)

Kuliner yang Menjadi "Mak Comblang" Saya dan Kompasiana Itu Bernama Mi Gomak

Diperbarui: 13 November 2017   04:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Toba Tourism Board

Saya percaya, setiap perkenalan atau pertemuan pasti memiliki takdirnya sendiri. Jika ada peristiwa, seseorang, atau sesuatu yang menjadi perantara dalam perkenalan atau pertemuan tersebut, hal itu merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan. Demikian juga dengan hal ihwal "perkenalan" saya dengan Kompasiana.

Tahun 2013 adalah tahun ketiga saya mengabdi di Pulau Samosir (baca: Tepian DanauMu). Pulau indah yang dikelilingi Danau Toba itu sering juga disebut sebagai "Negeri Indah Kepingan Surga" karena keindahan panorama dan  kekayaan budayanya.

Selain terkenal dengan keindahan panorama dan ragam budayanya, Pulau Samosir juga kaya akan aneka kuliner khas Suku Batak (Toba). Sebut saja mi gomak[1], na ni arsik[2], na ni padar[3], na ni ura[4], na ni tombur[5], dan lainnya. Nah, salah satu kuliner itulah yang akhirnya menjadi "mak comblang" saya dan Kompasiana. Tepatnya mi gomak, salah satu kuliner yang sangat digemari sebagai menu sarapan pagi.

Awalnya, secara tak sengaja, saya sedang menelusuri resep mi gomak di internet (saya mendapatkan informasi berbeda tentang bumbu-bumbu yang digunakan untuk membuat kuliner yang satu ini). Saat itulah, saya melihat pengumuman lomba menulis kuliner nusantara yang diadakan oleh Kompasiana dan Kemenparekraf. Rasanya seperti bertemu jodoh. Setelah menemukan resep yang saya cari, saya segera melihat-lihat isi "rumah" Kompasiana. Beberapa berita, khususnya karya-karya di kanal fiksiana sangat menarik perhatian saya. Akhirnya, pada tanggal 18 Juli 2013, saya bergabung menjadi salah seorang kompasianer.

Perjuangan menulis artikel untuk mengikuti lomba pun dimulai. Setiap Hari Sabtu, saya sengaja menikmati mi gomak di onan Toba (hanya buka pada hari tertentu). Bila perlu, saya nongkrong di tempat penjualnya agar bisa bertanya langsung. Untungnya, rumah yang saya huni letaknya cukup dekat dari onan. Artikel pertama saya yang berjudul Mi Gomak yang "Menggoyang Lidah itu akhirnya tuntas juga. Meski waktu itu saya belum beruntung menjadi salah satu pemenang, tapi saya sudah telanjur jatuh hati dengan Kompasiana.

Jika ingin puisi atau cerpen dimuat di media cetak harus melalui seleksi dengan masa tunggu yang relatif lama, maka di Kompasiana justru sebaliknya. Cukup dengan ponsel di tangan, saya bisa mempublikasikan puisi atau cerpen lengkap dengan ilustrasinya. Setiap orang yang ingin membaca karya saya dapat mengaksesnya dengan mudah. Saya bahkan bisa mempublikasikan karya saya di mana saja dan kapan saja selama koneksi internet lancar jaya. Pernah beberapa kali, saya baru mendapatkan ide tulisan setelah lewat tengah malam. Tanpa membuang waktu, ide itu segera saya eksekusi dan publish. Rasanya sungguh melegakan melihat tulisan akhirnya berhasil "tayang" di Kompasiana. Hehehe...

Sebagai pasangan yang ditakdirkan "berjodoh", adakalanya terjadi pasang surut dalam "hubungan" saya dan Kompasiana. Proses maintenance, error atau perubahan tampilan yang memakan waktu relatif lama, sejujurnya cukup mengganggu kenyamanan saya ber-Kompasiana. Jika sudah demikian, saya memilih menepi, beristirahat sejenak sambil mengumpulkan ide-ide atau membuat draft tulisan. Saya kembali menulis bila Kompasiana sudah bisa diakses seperti sediakala.

Ilustrasi: dok@pri

Selain perkenalan awal yang mengesankan, banyak hal manis lainnya yang saya peroleh selama menulis di Kompasiana. Saya pernah memenangkan beberapa blog competition dan meraih Best in Fiction pada Kompasiana Award tahun 2016. Selain itu, saya juga pernah menerbitkan buku kumpulan cerita "Sebut Aku Iblis" pada tahun 2015. Sebagian besar buku itu berisi cerita pendek saya selama bergiat di kanal fiksiana. Hal lain yang juga patut untuk dikenang adalah ketika saya menghadiri hajatan akbar Kompasianival tahun 2014 dan tahun 2016. Senang rasanya bisa bertemu dengan teman-teman kompasianer dari berbagai daerah yang selama ini hanya saling mengenal lewat tulisan atau komentar.

Pengalaman terindah bagi saya di Kompasiana adalah ketika saya dan beberapa sahabat kompasianer menggagas komunitas fiksi Rumpies The Club (Rumah Pena Inspirasi Sahabat) pada tahun 2015. Komunitas ini digagas dengan mimpi sederhana: semangat berbagi inspirasi menulis fiksi bersama para sahabat. Menjadi seorang admin komunitas merupakan salah satu pengalaman terbaik dalam hidup saya. 

Saya pernah begadang semalaman akibat keasyikan memantau karya-karya peserta yang mengikuti event menulis yang kami selenggarakan. Adakalanya sebagai admin komunitas, saya juga harus meluangkan waktu ekstra untuk menjadi tempat "curhat" atau memberikan advis seputar dunia literasi.

Rasanya, tak akan ada habisnya jika saya harus mengenang kembali satu demi satu pengalaman saya selama berada di "rumah" Kompasiana. Pada ulang tahun "jodoh" saya yang ke-9 ini, izinkan saya mempersembahkan sebuah puisi sederhana:

Pertemuan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline