Aku ingin mati di pantai, musnah di antara debur ombak, sambil merindukanmu. Ketika laut memanggil-manggilku pulang untuk menyusu di pangkuan ibu.
Aku ingin mati di depan pendiangan, lebur di dalam bara, sambil mengenangmu. Ketika lidah api menyala-nyala dan menghangatkanku seperti pelukan bunda.
Bergegaslah. Gelombangmu penuh warna, melilit tubuhku dalam keabadian. Saat itulah, aku ingin kita mati dalam satu embusan nafas.
Akulah tanjung yang tak henti menunggu kau bertambat, tanpa kau tahu. Karena arah angin tak pernah berpihak pada daratan sepiku.
***
Tepian DanauMu, 5 Maret 2017