[caption caption="Sumber Ilustrasi: standarmiring.blogspot.com"][/caption]
Minggu pertama (terinspirasi puisi)
Suara ramai terdengar saat bus mulai memasuki feri yang akan menyeberang menuju pulau. Salah satu sisinya dipenuhi penumpang. Seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukan. Mereka bertepuk tangan riuh. Aku bergegas turun sambil menenteng kamera begitu nyala mesin dimatikan. Penasaran.
Setelah mencari-cari, kutemukan celah kosong di antara penumpang yang berdesakan. Lima orang bocah sedang mempertontonkan kebolehannya menyelam. Bertelanjang dada. Kulit mereka legam karena terbakar sengatan matahari. Mereka menanti lemparan koin dari para penonton. Seakan hidup mati mereka ditentukan koin-koin itu.
Salah satu pengunjung melemparkan koin. Bocah-bocah itu menghilang ke dasar danau, berlomba memburu koin itu. Beberapa saat kemudian, salah satu dari mereka muncul di permukaan. Melambai-lambaikan koin dalam genggamannya. Seluruh penonton bertepuk riuh pada sang juara. Terkecuali aku.
Kurogoh saku celanaku. Kutemukan dua koin. Kamera kukalungkan di leher. Koin kugenggam dengan tangan kiri dan kanan. Koin melesat ke udara, lalu jatuh ke permukaan air. Pada dua arah yang bertolak belakang. Secepat kilat bocah-bocah itu berpencar. Penonton berteriak memberi dukungan. Kubidikkan kameraku lalu menjepret momen berharga tanpa henti. Belasan, puluhan, mungkin hingga seratus kali.
Tepukan penonton bergemuruh hebat. Dua koin akhirnya muncul. Aku menurunkan kameraku dan menjauh dari keramaian. Kepiluan menyesakkan hatiku. Ini Sabtu pagi. Harusnya bocah-bocah itu sedang mengenakan seragam di sekolah.
***
Tepian DanauMu, 6 Maret 2016
Sumber Inspirasi: