Lihat ke Halaman Asli

Fitri Manalu

TERVERIFIKASI

Best Fiction (2016)

Ketika Lampu-lampu Mulai Dipadamkan

Diperbarui: 27 Desember 2016   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber ilustrasi: www.sekolahpramugari.sch.id"][/caption]

Ketika Lampu-lampu Mulai Dipadamkan

Ketika lampu-lampu mulai dipadamkan, Karin mulai mengeluh tentang banyak hal. Mulai dari posisi duduk yang tak nyaman, kegelapan yang dibencinya, hingga kapan penerbangan ini akan segera berakhir. Ia menceritakan bahwa ini adalah penerbangan pertama baginya. Sedapat mungkin aku mendengarkan keluhannya dan menunjukkan wajah penuh perhatian. Sama seperti beberapa tahun silam, ketika ia sering merengek dan memohon bantuanku untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah yang sulit dipahaminya.

“Kau bisa melihat kerlap-kerlip berwarna biru, merah dan oranye dari jendela,” saranku sambil menunjuk pada lampu-lampu di landasan pacu. “Mungkin itu akan membuat merasa lebih baik. Indah, bukan? Itulah sebabnya mengapa aku menyukai penerbangan terakhir di malam hari.”

Karin merengut dalam kegelapan. “Kau pasti sedang bercanda. Kau tak tahu, betapa leganya aku tak berada di tempatmu sekarang. Duduk di dekat jendela hanya akan membuatku semakin gugup.”

“Lihat saja, sebentar lagi kita akan terbang semakin tinggi. Kau akan menyukai cahaya yang membentuk garis-garis beragam bentuk dari atas sini,” jelasku padanya.

Tiada jawaban. Teman lamaku itu diam saja. Setelah lampu-lampu kembali dinyalakan, kutemukan wajahnya berubah pucat.

“Hei, ada apa denganmu?” tanyaku prihatin sambil menggosok-gosok bahunya.

“Perutku diserang rasa geli yang mengejutkan saat pesawat akan naik ketinggian. Telingaku juga berdengung,” keluhnya. Lalu ia mengoceh panjang pendek tentang kecemasannya.

Mendengar ocehannya aku tertawa. “Banyak orang yang mengalaminya. Setelah melalui banyak penerbangan, kau akan terbiasa dengan sendirinya,” kataku menenangkanmu.

Karin mencibir. “Kau bisa berkata begitu karena sering bepergian. Cerita tentang kesuksesanmu tadi benar-benar membuatku iri.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline