Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Nyadran di Klaten

Diperbarui: 9 Januari 2025   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

   Tradisi Nyadran di Klaten, Jawa Tengah merupakan warisan budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat setempat. Tradisi ini biasanya dilakukan pada bulan Ruwah yang bertepatan dengan bulan Sya'ban dalam penanggalan Hijriah, dan menjadi kesempatan untuk berdoa kepada leluhur serta mempererat tali silaturahmi antar warga.

   Nyadran berasal dari kata Sansekerta 'Sraddha' yang berarti keyakinan. Tradisi ini merupakan akulturasi budaya Jawa dengan ajaran Islam, dimana masyarakat berziarah ke makam leluhur, membersihkan makam, menabur bunga, dan berdoa bersama. Tujuan utama Nyadran adalah untuk menghormati leluhur yang telah meninggal dan mencari perlindungan dari Allah Swt. Masyarakat di berbagai desa di Klaten, termasuk Desa Pasebang dan Srebegan, melaksanakan Nyadran dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, apapun latar belakang agamanya. Hal ini menunjukkan tingginya nilai toleransi dan gotong royong dalam masyarakat kita. Selain itu, Nyadran juga menjadi sarana saling memaafkan dan berbagi makanan antar anggota keluarga dan tetangga.

   Rangkaian acara Nyadran biasanya diawali dengan pembersihan kuburan, dilanjutkan dengan menaburkan bunga dan doa. Puncak acara ini adalah dengan kenduri atau selametan di makam para leluhur. Biasanya setiap dusun membawa makanan dari rumahnya masing-masing untuk dibagikan kepada peserta lain sebagai simbol persatuan.

   Kegiatan ini sering dimeriahkan oleh pertunjukan seni lokal, seperti musik tradisional, yang mengiringi perjalanan ziarah. Hal ini tidak hanya menambah suasana tradisi, tetapi juga melestarikan seni dan budaya setempat.

   Melestarikan tradisi Nyadran menjadi fokus masyarakat Klaten khususnya generasi muda. Upaya tersebut dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melibatkan anak-anak dalam prosesi Nyadran dan memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi mengenai tradisi tersebut. Dukungan pemerintah daerah juga sangat penting untuk menjaga eksistensi tradisi ini sebagai bagian dari warisan budaya takbenda Indonesia yang terdaftar resmi pada tahun 2017.

   Tradisi Nyadran lebih dari sekedar ritual. Hal ini mencerminkan identitas budaya masyarakat Klaten yang kaya akan nilai-nilai agama dan sosial. Melalui pelestarian yang terus menerus, diharapkan tradisi ini dapat diwariskan kepada generasi mendatang sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat Jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline