Lihat ke Halaman Asli

Mau Dibawa ke Mana Negara Ini?

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Runtuhnya Orde Baru lahirnya Orde Reformasi menghadirkan harapan baru dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Anak negeri bersorak gembira seakan baru menemukan dirinya yang hilang dari peradaban yang gelap gulita, seakan baru keluar dari terowong yang panjang, gelap, sesak, dan berliku. Anak negeri menyambut mentari baru dengan harapan sinarnya akan menerangi seantero negeri menyebarkan kedamaian, menyebarkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Harapan anak negeri itu adalah harapan kita semua kala itu.

Kini ... apa yang anak negeri lihat dan rasakan. Kini apa yang kita lihat dan rasakan. Andai waktu bisa diputar kembali, Andai Tuhan menghidupkan kembali Soeharto, mungkin gerbong besar anak negeri ini  akan memilih hidup kembali di masa itu yang bisa menikmati kehidupan ekonomi dengan nilai transaksi pasar yang murah meriah, yang sepi dari hiruk pikuk politik dan hukum.

Sejatinya anak negeri ingin melihat mentari bersinar terang, namun harapan itu terhalangi oleh awan gelap dan kabut hitam keserakahan penikmat baru kue kekuasaan. Saat anak negeri tertatih-tatih mengais rizki, mereka mempertontonkan menguras uang negara secara sendiri-sendiri dan berjamaah. Saat anak negeri membutuhkan keadilan justru diadili dijadikan pesakitan, mereka yang bersalah menikmati kebebasan dan promosi jabatan.

Mereka itu yang dulu nyaring berteriak turunkan Soeharto. Mereka itu yang dulu nyaring berteriak hancurkan Orde baru. Mereka itu yang dulu nyaring berteriak dengan mulut berbusa-busa bahwa anak negeri ini harus dimuliakan dengan mensejahterakan hidupnya. Mereka itu yang dulu nyaring berteriak pentingnya politik bermoral dan menegakkan etika dalam kehidupan berbangsa. Mereka itu yang dulu nyaring berteriak hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Mereka itu yang dulu nyaring berteriak pelanggar HAM harus diusut tuntas.

Mereka itu yang kini merusak semuanya. Mereka itu yang kini menjilat kembali ludah politiknya. Mereka itu yang kini menjebloskan negeri ini dalam kehancuran. Mereka itu yang kini menikmati kekayaan ditengah penderitaan anak negeri yang tak terkatakan. Mereka itu yang kini menjadikan Indonesia negara gagal.

Mereka berkuasa dan mengejar kekuasaan bukan karena ingin memuliakan hidup anak negeri ini, bukan karena ingin membangun negeri ini, bukan karena ingin membangun daerah, tetapi ingin menumpuk kekayaan, ingin membangun jaringan dinasty politik. Atas nama demokrasi mereka merengkuh semuanya, jika semua bisa diambil mengapa harus disisakan.

Presiden, pejabat politik, dan politisi penyumbang terbesar kesemberautan negeri ini. Mereka itu yang memiliki kekuasaan dan  penentu kebijakan kearah mana negara ini berjalan. Apa yang kini anak negeri lihat dan rasakan ? apa yang kini kita lihat dan kita rasakan ? sampah politik, sampah hukum, sampah ketidakadilan, sampah dari keserakahaan mereka.

Lembaga penegak hukum berjalan dalam bayang-bayang penguasa. Independensi hakim, independensi jaksa, independensi polisi, independensi KPK hanya ada dalam buku dan pikiran. Dalam tindakan sangat dipengaruhi kepentingan politik dan “wani piro”. Mereka saling mengunci menutupi aib dan kesalahan, orang yang tak bersalah dijadikan tumbal.

Lalu masihkah ada harapan untuk perubahaan menjadi lebih baik ? kini memasuki tahun politik mereka kembali akan berlomba meraih kekuasaan.Pernahkah mereka berpikir apa yang telah diperbuat selama ini, selain cara bagaimana meraup sebanyak mungkin uang dan harta untuk mengganti uang yang mereka keluarkan dahulu dan untuk biaya pada pemilu nanti. Inikah yang disebut mata rantai setan kekuasaan ?

Lalu masihkah ada harapan untuk perubahaan menjadi lebih baik ? jawabannya tentu pada anak negeri ini, jawabannya tentu pada kita, ya pada kita pada anak negeri yang memiliki hati perubahaan, karena Tuhan tak akan mengubah keadaan negeri ini keadaan masyarakat ini jika bukan kita jika bukan anak negeri  sendiri yang mengubah keadaan ke arah yang lebih baik. Pemilu Legislatif dan Presiden di depan mata, jangan salah pilih ! Mari kita gunakan hak politik secara bertanggungjawab berpijak pada hati dan akal sehat karena keledai pun akan berusaha tak akan jatuh pada lubang yang sama, apalagi kita, manusia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline