Sorotan mengenai masker kembali berdengung seiring dengan ramainya pemberitaan kejadian virus hMPV (human metapneumovirus) di Tiongkok dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) seperti Avian Influenza H5N1 (flu burung). Masker termasuk salah satu upaya pencegahan terhadap penularan penyakit.
Sayangnya, imbauan mengenai pemakaian masker rupanya masih dipandang sebelah mata. Di media sosial, ada saja warganet yang terkesan tidak aware dan menyebarkan misinformasi soal masker.
Beberapa cuitan, misalnya, "Ada virus hMPV, duh siap-siap masker lagi nih" atau "masker sebagai pelindung diri? Ini pernyataan paling gila yang pernah saya dengar!!"
Ada pula yang bersikukuh, "Ngapain lah pakai masker, wong cuma flu biasa, enggak usah berlebihan" atau "engap banget pakai masker, masa kayak pandemi kemarin aja."
Imbauan pentingnya pemakaian masker di media sosial justru menghadapi tantangan tersendiri. Muncul sejumlah anggapan dari warganet yang mencuit informasi tidak benar terkait masker sehingga dapat membingungkan publik. Bahkan mungkin di antaranya, ada yang menelan mentah-mentah informasi menyesatkan.
Pernah juga ada warganet yang menceritakan, dirinya sama sekali tidak memakai masker saat pandemi COVID-19 dan merasa tetap sehat-sehat saja. Anggapan lainnya menarasikan, masker tidak mencegah virus.
Menilik komentar-komentar dan anggapan terkait penggunaan masker, patut diluruskan. Kita mencoba berpikir positif, mungkin saja penjelasan manfaat pemakaian masker terhadap pencegahan penyakit belum dimengerti secara mendalam.
Intervensi sederhana, kurangi risiko gejala
Sebuah studi yang cukup menarik dibaca berjudul, "Personal protective effect of wearing surgical face masks in public spaces on self-reported respiratory symptoms in adults: pragmatic randomised superiority trial," yang terbit di BMJ pada 24 Juli 2024.
Studi yang dilakukan di Norwegia ini meneliti keterkaitan penggunaan masker bedah dengan risiko gejala infeksi saluran pernapasan yang muncul. Peserta studi dibagi dua kelompok (kelompok yang memakai masker dan tidak memakai masker), yang diamati selama 14 hari.
Kesimpulan hasil studi, memakai masker bedah di tempat publik selama 14 hari mengurangi risiko gejala yang dilaporkan terkait infeksi saluran pernapasan (8,9%) dibandingkan dengan mereka yang tidak memakai masker bedah (12,2%).