Sambil merenung dari balik jendela meja kantor, ide muncul dengan pemikiran seputar bagaimana menyajikan pemberitaan kesehatan yang "next level." Renungan tersebut saya lakukan pada 2019 silam, bertepatan dengan 4 tahun saya berkecimpung sebagai jurnalis kesehatan.
Pada waktu itu, pikiran melayang, "Rencana mengangkat topik untuk artikel berita kesehatan seperti apa yang ingin saya lakukan ke depannya?" Ada rasa menggebu di hati, "Saya tidak ingin menulis artikel berita kesehatan yang 'biasa-biasa saja'. Saya juga ingin liputan yang lebih menantang lagi."
Semua pemikiran itu bukan serba dadakan, melainkan tergelitik dengan pengalaman yang telah saya lalui. Makna artikel berita kesehatan "next level" yang berencana ingin saya lakukan, pertama adalah mengulas kondisi dan pelayanan kesehatan di pelosok daerah.
Kedua, mengelaborasi isu kesehatan tingkat nasional dan internasional (kebijakan, program implementasi dan lainnya). Ketiga, melawan misinformasi dan disinformasi.
Dari ketiga inti 'next level' tersebut, saya turunkan ke dalam rancangan penerapannya.
Liputan khusus ke pelosok, daerah 3T hingga kawasan lintas batas negara
Saya beberapa kali liputan ke daerah -- ini bisa hitungan jari. Belum semua daerah di Indonesia yang saya jajal. Bayangkan, kalau dihitung sekarang, kita punya 38 provinsi. Dan setiap daerah punya kondisi geografis yang berbeda-beda.
Tiap kali saya menjejak ke daerah, ada dua hal yang selalu jadi sorotan pribadi, yaitu fasilitas kesehatan (Puskesmas, rumah sakit) dan sekolah. Ya, saya selalu memikirkan, di mana, bagaimana warga mengakses kesehatan dan pendidikannya.
Dalam perjalanan yang pernah saya lalui, pemandangan sepanjang jalan itu antara satu rumah penduduk dengan yang lain cukup jauh jaraknya, kiri-kanan pepohonan, sawah seluas-luasnya, bukit di sana sini. Ataupun kalau ada jejeran rumah penduduk, Puskesmas dan sekolah lumayan jauh.
Khusus kesehatan, setiap daerah punya problem tersendiri. Ada yang daerahnya banyak kasus malaria, demam berdarah, stunting masih tinggi dan sebagainya. Dari sisi fasilitas kesehatan, ada yang jaraknya jauh, bangunannya perlu perbaikan, minim tenaga kesehatan dan dokter atau alat kesehatan terbatas.
Tantangan lain juga mencapai pemukiman penduduk di area pegunungan, yang mungkin hanya ada akses transportasi pakai helikopter. Belum lagi kondisi pelayanan kesehatan di pulau terpencil, terpisah dari daratan.