Lihat ke Halaman Asli

Fitri Haryanti Harsono

TERVERIFIKASI

Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Nostalgia "Oshin", Semangat Hidup Bahagia di Tengah Kemiskinan

Diperbarui: 29 Februari 2016   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Perjalanan waktu selama tiga puluh tiga tahun lamanya telah berakhir. Kini, drama legendaris Jepang "Oshin" akan kembali hadir ditayangkan dalam format high definition (HD) yang kaya warna. Drama Oshin akan menyapa penggemarnya di WakuWaku Japan setiap Senin-Sabtu pukul 20.00 WIB mulai 29 Februari 2016.

Menjawab permintaan penggemar untuk ditayangkan kembali, pemeran Oshin kecil (Ayako Kobayashi) melakukan jumpa pers pada Kamis, 18 Februari 2016 di The Lounge, Plaza Senayan, Jakarta. Di hadapan awak media, Ayako san—yang kini berusia 43 tahun—berbagi pengalaman saat syuting menjadi Oshin kecil.

Ayako san mengenakan yukata. Sepanjang sesi jumpa pers, ia selalu tersenyum. Pesona Oshin kecil berhasil memukau seluruh tamu undangan yang berada di ruangan.

Bagaimana kesan Ayako san saat tiba di Indonesia?

"Sebenarnya saya terakhir kali ke Indonesia, 20 tahun lalu. Saat tiba di Jakarta kemarin sore (Rabu, 17 Februari 2016) suasananya sangat berubah. Saya datang dari Tokyo, yang sedang mengalami musim dingin. Sesampainya di Indonesia terasa hangat, Indonesia benar-benar negara tropis.

Sewaktu dalam perjalanan dari hotel, banyak pemandangan, gedung-gedung tinggi, motor, dan mobil makin bertambah. Suasananya tidak seperti 20 tahun lalu. Kemacetan juga bertambah. Saya ingin datang ke Indonesia sejak dulu."

Bagaimana pengalaman suka-duka menjadi Oshin?

"Oshin termasuk drama yang sangat sedih, terutama adegan saat berpisah dengan ibunya. Oshin lantas berteriak memanggil ibunya dari perahu, “Okaasan… Okaasan”, artinya “Ibu… Ibu…”.

Adegan itu terjadi pada musim dingin, tempatnya di Yamagata dan banyak salju. Kalau di televisi adegannya sebentar, tapi perlu waktu satu hari untuk syuting. Di televisi terlihat cuma 6 tokohnya tapi sebenarnya stafnya ada 80 orang. Di sekeliling area syuting jumlah seluruh staf sekitar 100 orang.

Perahu rakit yang saya naiki agar tidak bahaya diikat ke truk. Staf bisa tidak terlihat berada tepat di bawah selimut, lalu ada salju di atasnya. Itu syuting saya pertama kali di bulan Januari, saat musim dingin. Saya tidak bisa bayangkan, adegan itu bakal terkenal sampai sekarang.

Dalam badai salju, Oshin dikirim ke rumah orang kaya oleh orangtuanya. Karena tidak tahan, ia melarikan diri pulang ke kampungnya. Tapi waktu perjalanan, ia pingsan dalam badai salju. Badai saljunya dibuat pakai kipas angin. Jadi staf menempatkan kipas angin yang sangat besar. Salju ditaruh di dalam keranjang supermarket, lalu disebarkan ke kipas anginnya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline