Lihat ke Halaman Asli

Fitri Haryanti Harsono

TERVERIFIKASI

Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Pantai Kuwaru, Rekreasi dalam Kesemrawutan

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13460593261327697934

[caption id="attachment_202486" align="aligncenter" width="640" caption="Pengunjung menikmati santap makanan bersebelahan dengan sampah yang tersebar"][/caption] Yogyakarta, Selasa (21/8/12) --- Debu beterbangan, suara deburan ombak, hingga bau amis tercium tatkala memasuki gerbang wisata Pantai Kuwaru, yang terletak di Dusun Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kami yang sedang mudik berkesempatan mengunjungi Pantai Kuwaru.

Kami berangkat dari Temon, Wates menuju Pantai Kuwaru di Bantul, Yogyakarta tidak memerlukan waktu lama, kurang lebih sekitar satu jam. Suasana memasuki area pantai sangat ramai dan padat hingga mencari tempat parkiran pun terbilang sulit. Meskipun area parkir mobil masih terbilang ada tempat untuk parkir, namun kebanyakan pengunjung memarkir mobil di pinggir jalan area parkir.

Dalam rangka libur Lebaran, para pengunjung yang datang ke pantai bukan hanya warga Bantul atau Yogyakarta dan sekitarnya saja, tapi “para perantau” yang mudik, baik dari Jakarta dan sekitarnya maupun dari luar pulau Jawa. Hal ini dapat dilihat dari plat mobil-mobil yang terparkir. Bus-bus pariwisata turut menghiasi area parkir. [caption id="attachment_202489" align="aligncenter" width="640" caption="Sampah berserakan di sepanjang pantai"]

1346060022841006119

[/caption] Menuju arah pantai dari area parkir tidak begitu jauh, papan petunjuk terpampang jelas. Pemandangan pertama saat menjejakkan kaki di pantai begitu kaget, bagaimana tidak, sepanjang pantai, bahkan di sekitar tempat para pedagang aksesoris maupun makanan/minuman, penuh dengan sampah. Area warung pedagang sekitar pantai juga terlihat kumuh dan semrawut. Bukan semata-mata padatnya pengunjung tapi pemandangan sampah itu menjadi faktor pemicunya. Satu pemandangan yang miris, sedih, dan pilu. Tak terbayang dipikiran kami, menikmati suasana pantai berpadu dengan sampah tersebar di berbagai sudut. [caption id="attachment_202490" align="alignleft" width="300" caption="Bermain di pantai"]

13460602311098768345

[/caption] Lepas dari pemandangan sampah yang mengganggu mata ternyata kenikmatan rekreasi di pantai Kuwaru ini tetap menjadi fokus para pengunjung. Sebagian pengunjung terutama anak-anak muda bermain ombak dan berenang dengan wajah ceria. Anak-anak kecil dengan sibuknya bermain pasir. [caption id="attachment_202491" align="alignright" width="300" caption="Sepasang sejoli asyik bermesraan sambil menikmati jagung bakar"]

1346060326593971234

[/caption] Segerombolan muda mudi asyik berfoto bersama. Sepasang muda mudi tanpa malu-malu bermesraan sambil menikmati jagung bakar. Anak-anak juga ada yang bermain layang-layang yang berbentuk burung. Para pengunjung juga terlihat berbelanja aksesoris, pakaian, permainan anak-anak, dan aneka cenderamata lainnya.

Menikmati santapan dipadu pemandangan sampah

Tak jauh dari bibir pantai, tikar-tikar pun digelar kemudian teman, kerabat, hingga sanak saudara duduk beristirahat sambil melihat ombak pantai. Para pengunjung itu pun dengan lahap menikmati makanan, baik makanan yang dibawa sendiri ataupun makanan yang dibeli dari pedagang di sekitar pantai.

Di area pedagang yang berjualan pun, tikar-tikar pengunjung begitu padat bahkan beberapa pengunjung menggelar tikar untuk duduk beristirahat di dalam warung makanan/minuman. Penjual jagung bakar diserbu pengunjung. [caption id="attachment_202492" align="alignleft" width="300" caption="Menikmati kelapa muda"]

13460604981934168831

[/caption] Kelapa muda juga menjadi santapan kesukaan pengunjung, cocok dengan suasana pantai. Menjelang sore, udara semakin dingin, indomie dan pop mie menjadi sahabat dalam menikmati matahari terbenam (sunset). Bau masakan olahan aneka hasil laut amat menggoda. Sebagai oleh-oleh atau santap malam, para pengunjung pun sabar mengantre giliran membeli ikan bakar, udang goreng, gurame bakar, dan berbagai olahan makanan laut lainnya. Di sekitar tikar-tikar pengunjung, sampah-sampah juga berserakan. Bungkus makanan ringan (snack), indomie, pop mie, bonggol jagung bakar, kaleng, hingga plastik makanan/minuman tidak dibuang ke tempat sampah, bahkan pengunjung yang hendak pulang pun membiarkan sampah makanan/minuman tergeletak begitu saja di tikar. [caption id="attachment_202493" align="aligncenter" width="640" caption="Menikmati pantai dipadu dengan sampah-sampah"]

13460607051631735026

[/caption] Sepanjang mata memandang, penyediaan tempat sampah dirasa sangat kurang sehingga para pengunjung dengan ‘terpaksa’ dan tanpa kesadaran hati membuang sampah di sekitar area pantai. Alhasil, jumlah pengunjung semakin padat begitu pula jumlah sampah semakin banyak tersebar. Kenikmatan rekreasi menikmati suasana pantai ternyata mampu mengalahkan pemandangan kumuh dan semrawut akan sampah-sampah tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline