Lihat ke Halaman Asli

Fitri Haryanti Harsono

TERVERIFIKASI

Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Animasi Indonesia Kini dan Nanti

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13095217531784891989

[caption id="attachment_120029" align="aligncenter" width="680" caption="Mas Gembol"][/caption]

Siapa yang tidak mengenal Doraemon, Shinchan, Naruto ataupun Bleach??? Yaaa, animasi Jepang sangat populer di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Anak-anak, muda hingga tua tentu banyak yang menyukai serial animasi Jepang. Beragam jenis kategori animasi Jepang yang ditonton memberikan kesan dan pesan di dalamnya meski ada beberapa animasi Jepang yang kurang cocok bila ditonton oleh anak-anak. Animasi-animasi Jepang yang berunsur edukatif, nilai-nilai moral dan alur cerita yang bagus sangat layak dijadikan referensi tontonan anak-anak. Animasi Jepang begitu mendunia. Namun, tidakkah kalian berpikir bahwa tidak hanya Jepang saja yang menciptakan animasi-animasi, negara-negara lain seperti Amerika Serikat bahkan Eropa mampu membuat animasi yang sesuai dengan karakter negaranya. Jadi, setiap animasi-animasi yang dihasilkan mencirikan karakter animasi negara tersebut. Animasi Jepang dengan Amerika Serikat tentu berbeda. Bagaimana dengan negara sendiri?? Apakah animator-animator Indonesia dapat menghasilkan animasi yang layak ditonton oleh masyarakat Indonesia?? Ya, animator-animator Indonesia ternyata mampu menciptakan animasi yang sebenarnya tidak kalah dengan animasi luar negeri. Kenyataannya banyak tantangan dan hambatan serta beragam permasalahan yang harus dihadapi animator-animator Indonesia dalam mengembangkan juga mempublikasikan hasil karya animasi-animasinya. Masalah dan Tantangan 1. Penghargaan sebagai profesi Pembuat animasi yang disebut 'animator' di Indonesia sendiri belum dipandang sebagai profesi yang memiliki nilai tinggi di mata masyarakat. Akhirnya banyak animator-animator yang mampu menghasilkan animasi beralih dan memilih profesi lain. Untuk menjadi animator biasanya berasal dari hobi, hobi yang suka menggambar kemudian menciptakannya dalam bentuk animasi bukan dari seseorang yang mampu dalam bidang IT atau Arts. Seseorang yang ahli dalam arts atau IT belum tentu bisa membuat karakter animasi. 2. Biaya Yang penting dalam hal ini juga termasuk biaya. Bagi para animator sesungguhnya tidak dapat bekerja sendiri, mereka membutuhkan pelatihan-pelatihan yang dapat memberikan ide-ide kreatif agar animasi yang diciptakan berkembang. Melalui pelatihan-pelatihan para animator dapat saling bertemu dan berkenalan dengan animator-animator lain sehingga pengalaman pun akan bertambah. Untuk mengadakan pelatihan-pelatihan memerlukan biaya yang mahal. 3. Lapangan pekerjaan Sebagai animator yang menciptakan animasi tentu harus kreatif. Menembus pasar sendiri dirasa cukup sulit dan untuk itu para animator Indonesia harus menciptakan inovasi-inovasi baru. 4. Penghasilan Industri animasi di Indonesia masih dipandang sebelah mata maka penghasilan sang animator juga relatif. Permasalahan a. Kurangnya keterpihakan perbankan dalam dukungan modal kerja pengembang animasi b. Terbatasnya segmen pasar lokal Animator-animator Indonesia terbentur dengan pasar lokal misalnya untuk menghasilkan animasi budgetnya 50 juta tapi saat ditawarkan ke televisi lokal hanya dihargai 15 juta. Tak terbayang bagi para animator betapa sudah sulitnya membuat animasi tapi tidak dihargai sesuai hasil kerjanya. Sehingga tak dapat dipungkiri, lebih senang dengan animasi impor. c. Belum banyaknya pusat-pusat pengembangan industri animasi di daerah-daerah d. Strategi pemasaran produk-produk animasi lokal masih skala kecil dan konvensional Tantangan Pengembangan Animasi > Beberapa studio animasi Indonesia tidak kalah bersaing dengan studio animasi luar > Banyak budaya lokal yang bisa dijadikan tema film, animasi, game dan content application. Inilah yang seharusnya menjadi tantangan para animator yang dirasa harus mencoba untuk mengeksplore budaya Indonesia yang begitu beragam untuk diangkat ke dalam animasi. Ide yang kreatif bila hal ini dapat dilakukan para animator kita. > Pengembangan budaya animasi Mengembangkan animasi dengan kesenian budaya lokal tentu bagus dan semakin memperkaya budaya bangsa sendiri. > Strategi pengembangan Pengembangan ICT, meningkatkan SDM melalui pelatihan-pelatihan juga meningkatkan telematika sangat diperlukan oleh animator-animator Indonesia.

Dukungan pemerintah dalam mengembangkan animasi cukup penting. Langkah pasti yang harus ditempuh oleh para animator tentu menghasilkan produk animasi yang bagus dan kreatif. Kritik dan saran akan pemerintahan negeri ini juga bisa diangkat menjadi bentuk animasi dengan karakter animasi yang lucu sehingga menarik bagi masyarakat Indonesia untuk menikmatinya.

Jangan ragu-ragu ikut pameran dan pelatihan-pelatihan. Animasi yang dihasilkan tentu harus dihargai. Alangkah baiknya jika televisi lokal menyiarkan animasi-animasi lokal. Studio animasi lokal rasanya cukup mampu menghasilkan animasi yang edukatif dan sarat akan nilai-nilai budaya bangsa sendiri. Seminar Animasi 'Animasi Indonesia Kini dan Nanti' Sabtu, 25 Juni 2011 Pusat Studi Jepang UI Pembicara: Wahyu Aditya (Founder & CEO Hellomotion Agency) dan Endang S (Kementerian Perindustrian)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline