Lihat ke Halaman Asli

Fitri Haryanti Harsono

TERVERIFIKASI

Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Aksi Jambret di Jalan Veteran I Dekat Monas

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1418540421396922731

[caption id="attachment_359343" align="aligncenter" width="560" caption="Jalan Veteran I, Jakarta Pusat berada di belakang Masjid Istiqlal Jakarta, dekat dengan Monas rawan penjambretan dan pencopetan (Foto print screen via Google Maps)"][/caption]

Bagai mimpi di siang bolong, tas hitam yang setia menemani saya sejak kuliah tiba-tiba terenggut. Tas selempang hitam yang menggantung di pundak kiri saya pun berpindah tangan. Dua lelaki muda dengan wajah “seadanya” tanpa merasa bersalah berhasil melarikan tas saya beserta isinya.

Saking terpana alias terkejut, teriakan “Jambret dan copet!” yang saya lontarkan terasa amat kecil. Refleks kaki untuk berlari mengejar penjambret memang sia-sia belaka. Terik panas matahari yang membakar tubuh usai berkeliling di Monumen Nasional (Monas) cukup menguras energi.


Peristiwa menyedihkan tersebut, saya alami tiga minggu lalu, Minggu (23/11/2014) pukul 13.50 WIB di Jalan Veteran I, Jakarta Pusat—belakang Masjid Istiqlal Jakarta dan akses Es Ragusa Italia. Lokasi jalan raya yang berada di depan Stasiun Juanda yang biasa dilalui para pejalan kaki menuju Monas itu tengah sepi-sepinya.

Modus dikuntit

Kesal, marah, dan sedih bergelora sejadi-jadinya. Saya mengingat kembali detik-detik penjambretan. Sepertinya saya melewatkan sesuatu. Tidak ngeh. Motor bebek berwarna putih (depan)-merah (belakang) serta pengendara yang pegang kendali motor telah menguntit saya.


Dari Monas, saya menyeberang ke arah Jalan Veteran I bersama rombongan anak-anak remaja. Suasana begitu ramai. Di tengah-tengah ramainya suasana, saya menyadari ada motor lewat di sebelah kiri saat saya berjalan di trotoar. Pada waktu itu, pengendara motor hanya sendirian.

Rombongan anak-anak remaja ternyata menepi di Es Ragusa Italia. Di sekitar Es Ragusa Italia, para penjual sate, asinan, dan ketoprak ramai dikerumuni pengunjung. Melepas kelelahan sembari memuaskan perut di jam makan siang, sebagian pengunjung ada yang makan di motor/mobilnya masing-masing.

Berbalik arah

Sepanjang Jalan Veteran I berjejer mobil yang terparkir. Bagi pengunjung yang hendak ke Monas dan tidak mau bersusah payah mencari parkiran di area Monas, Jalan Veteran I bisa dijadikan solusi tempat parkir. Jalan kaki sebentar langsung sampai di Monas.


Tak dianya, saya pun sendirian berjalan kaki di antara mobil-mobil yang terparkir nyaman. Srreettt!!! Sebuah tangan kuat menarik tas saya dari pundak kiri. Saya tidak bisa meraih tas. Tali tas ternyata putus seiring tangan penjambret menariknya dengan cukup keras.

Tarikan tangan si penjambret yang cukup keras mampu saya tahan dengan keseimbangan tubuh yang tetap terjaga karena posisi motor amat dekat dengan saya. Jika keseimbangan tubuh goyang, maka saya pasti jatuh menubruk knalpot motor dan langsung mencium aspal. Entah apa yang akan terjadi pada saya selanjutnya…

Motor dan lelaki yang pegang kendali motor itulah yang sebelumnya melewati saya di ujung jalan sana. Mungkin melihat saya yang berjalan sendirian, terpisah dari rombongan pejalan kaki lain. Kesempatan pun terbuka lebar.

Tatkala melakukan aksinya, ia berboncengan dengan temannya yang bertugas menjambret tas korban. Semakin mendalami aksi si penjambret, saya berasumsi motor tersebut berbalik arah dan menjemput seorang rekannya. Lantas mereka langsung melancarkan aksi saat korban benar-benar sendirian.

Ponsel langsung dijual

Kalut pikiran, seluruh barang yang ada di dalam tas, baik dompet dan ponsel terpaksa saya ucapkan selamat tinggal. Dompet saya berisi sejumlah uang, e-KTP (Kartu Tanda Penduduk) asli, kartu nama rekan-rekan kerja, foto diri, hingga Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) Universitas Indonesia.

Sebagai kenang-kenangan pernah berstatus mahasiswa UI, saya tetap menaruh KTM di dompet. E-KTP juga mesti diurus kembali. Dua kartu identitas yang berharga bagi saya, lenyap dalam sepersekian detik. Pun ponsel yang baru saya beli demi keperluan tugas kerja.

Malang tak dapat diuntung. Ponsel saya yang baru berusia satu bulan dipakai ternyata langsung dijual ke Pasar Baru, Jakarta Pusat. Informasi tersebut berhasil dideteksi oleh adik saya. Usai saya menelepon berkat bantuan petugas marinir TNI AL yang bertugas di Stasiun Juanda, pelacakan sinyal ponsel saya langsung hilang 10 menit kemudian di area Pasar Baru.


Artinya, peristiwa penjambretan dilacak dari sinyal ponsel saya yang berada di sekitar Monas pukul 13.50 WIB langsung hilang pukul 14.00 WIB. Saya menduga ponsel ataupun barang gawai (gadget) yang dijambret akan langsung dijual oleh si penjambret.

Tidak melihat wajah korban

Unik atau bodoh” yang lebih tepat dikatakan, dua penjambret yang melarikan tas saya itu tidak pakai helm. Mereka tenang dan santai sekali mendekap tas saya. Selain itu, si penjambret tidak melihat wajah korban.


Saya memerhatikan ketika aksi terjadi, si penjambret sama sekali tidak melihat wajah saya. Pandangannya justru melihat ke belakang saya. Di belakang saya ternyata tidak ada siapapun, baik pejalan kaki maupun pengendara lain. Saya benar-benar sendirian.

Peristiwa penjambretan ini ternyata ditanggapi senada oleh salah seorang rekan kerja saya. Ia menuturkan pernah menjadi sasaran empuk pencopet saat jalan di lokasi tempat saya dijambret. Modus yang dipakai serupa, yakni korban dikuntit dahulu, lalu beraksi saat muncul peluang.


Jalan Veteran I dinilai rawan penjambretan dan pencopetan. Sikap hati-hati dan waspada diperlukan di manapun kita berada. Sebaiknya, hindari jalan sendirian di akses jalan yang sangat sepi, terlebih lagi di tempat asing yang jarang sekali atau baru pertama kali kita lewati.

Hingga sekarang, setiap kali mengingat peristiwa tersebut, saya merasakan benar-benar terjebak, masuk perangkap maut si penjambret dengan mulus. Tentunya, saya maupun Anda pasti tidak pernah menginginkan berada di titik zero. Menjadi sasaran kejahatan yang bisa berujung nyawa taruhannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline