Lihat ke Halaman Asli

Antara CIA dan G30S/PKI

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mungkin kami memang terlibat dalam peristiwa itu. Saya sudah lupa..." -- William Colby, Direktur CIA Divisi Asia Tenggara periode 1962-1967.

[caption id="attachment_121844" align="alignleft" width="190" caption="sumber: www.mizan.com"][/caption] Kebenaran bisa dicari dalam sejarah. Tapi bagaimana jika kebenaran sejarah itu sendiri masih dipertanyakan? Seperti Gerakan 30 September 1965, di mana para Jenderal TNI dibantai oleh PKI dan dibuang ke dalam lubang buaya. Banyak hal yang masih menjadi tanda tanya sampai sekarang mengenai peristiwa tersebut. Mengapa PKI melakukan kudeta padahal pada saat itu Presiden Soekarno anti Barat dan lebih "sayang" pada China yang komunis? Pasti PKI punya posisi istimewa pada saat itu. Tapi mengapa mereka berkhianat? Apakah Untung dan Aidit hanyalah alat dari pembantaian itu? Mungkin memang ada kekuatan besar di belakang mereka. Benarkah CIA berencana membunuh Soekarno karena kedekatannya dengan Komunis, seperti saat CIA membayar $ 42,000 untuk pembunuhan Presiden Vietnam Selatan, Ngo Dien Diem, atas persetujuan Presiden Kennedy? Mengapa Soeharto lolos dari pembantaian 30 September, sedangkan Jenderal lainnya terbunuh? Lalu apa hubungan Adam Malik dengan CIA dan Hubert Horatio Humphrey, Wakil Presiden Amerika Serikat pada saat itu? Kabur. Tidak ada jawaban yang pasti. Yang pasti hanyalah, "Darah itu merah, Bung!" The Forgotten Massacre ditulis oleh Peer Holm Jorgensen, seorang pelaut Denmark yang sudah berkeliling dunia dengan kapal dagang sejak umur 16 tahun. Dari perjalanannya tersebut, dia memperoleh pandangan dan pemikiran yang luas dan dalam tentang keragaman jenis politik, karakter masyarakat di seluruh dunia, pada masa dunia sedang sibuk dengan konflik internasional. Dan buku ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadinya ketika berada di Indonesia tahun 1965. Novel ini mengajak kita memandang Tragedi G 30 S/PKI dari kacamata orang asing dan dari sisi yang lebih humanis. Biasanya orang Indonesia tidak begitu suka membaca tulisan orang asing mengenai Indonesia. Namun di sini penulis menunjukkan kecintaannya pada Indonesia dan masyarakatnya. Dalam buku ini kita akan banyak menemukan "pembelaan"nya atas keadaan yang terjadi di Indonesia. Menurutnya Indonesia indah dengan masyarakat yang ramah. Bahkan di buku ini ditegaskan bahwa Indonesia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki negara-negara lain di dunia. Selain menunjukkan simpati pada Indonesia, di sini penulis jelas-jelas mengutuk penjajahan yang dilakukan oleh bangsa kulit putih. Ada yang salah dengan bangsa kulit putih. Penyakit apa yang mereka derita? Mengapa kekuasaan begitu penting? Mengapa begitu penting merampok orang-orang lain dari tanah dan negara mereka? Dalam buku ini juga diungkapkan rasa kebencian penulis terhadap orang Inggris, Belanda, Jerman, dan bangsa apapun lainnya yang pergi untuk mencuri tanah orang lain, menindas mereka, memaksa meraka untuk mempercayai Tuhan tertentu yang mungkin sama sekali bukan Tuhan mereka, mencuri kekayaan mereka, menjadikan mereka budak, dan membiarkan mereka terus miskin. Termasuk juga kebenciannya pada Jepang, yang telah memperkosa Indonesia. Bukan hanya itu. Ada hal menarik yang disinggung dalam buku ini, yaitu mengenai ketertarikan pada sesama jenis atau homoseksualitas. Di sini si penulis menanyakan kok bisa perempuan bisa tahu jika seorang pria itu homoseksual. Apakah perempuan punya indra keenam atau ketujuh? haha.. belum tau dia!! Coba dong tanya ke saya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline