Lihat ke Halaman Asli

Jejak yang Menemukan Kembali

Diperbarui: 16 Oktober 2024   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jejak yang Menemukan Kembali" (Bagian 1)

Hidup memang selalu penuh kejutan. Kadang, kita dipertemukan dengan seseorang di saat yang tak terduga, dan kemudian dipisahkan oleh keadaan yang bahkan tak pernah kita bayangkan. Begitulah yang aku rasakan terhadap dia, seseorang yang pernah hadir begitu dekat di masa lalu, namun terpaksa harus kulepaskan karena banyaknya suara di sekitarku yang mengatakan bahwa dia bukanlah yang terbaik untukku.

Dulu, kami bertemu secara kebetulan. Perbincangan kecil, perhatian sederhana, hingga akhirnya kami mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Namun, seiring dengan kedekatan kami, muncul keraguan. Banyak orang di sekitarku berkata bahwa dia bukan orang yang tepat. Suara-suara itu begitu kuat, hingga aku mulai mempertanyakan pilihanku. Pada saat itu, aku juga sedang dalam penantian seseorang yang pernah menjanjikan masa depan. Jadi, aku memutuskan untuk menjauh, meski hatiku berat. Aku meninggalkannya tanpa penjelasan, berharap ini adalah keputusan terbaik untuk kami berdua.

Bertahun-tahun berlalu, dan aku menjalani kehidupanku sendiri, mencoba melupakan setiap momen yang pernah kami bagi. Namun takdir, seperti halnya hidup, selalu memiliki cara yang tak terduga untuk menghubungkan kembali dua jiwa.

Suatu hari, aku tanpa sengaja mampir ke sebuah restoran kecil yang baru dibuka di dekat kantorku. Saat aku masuk, sosok familiar berdiri di sana, tersenyum dengan cara yang sama seperti dulu. Itu dia---pria yang dulu pernah kutinggalkan tanpa penjelasan. Dan yang mengejutkan, dia tidak hanya mengenaliku, tapi menyapaku dengan ramah, seolah waktu tak pernah memisahkan kami.

"Apa kabar?" tanyanya, senyum yang tak pernah kulupakan menghiasi wajahnya.

Aku gugup, tapi tersenyum. "Baik, kamu sendiri?"

Kami berbincang seolah tak ada yang berubah. Namun beberapa hari setelah pertemuan itu, dia menghubungiku dan akhirnya mengungkapkan perasaannya.

"Kamu tahu, aku bingung saat kamu meninggalkanku. Aku merasa ada yang tidak beres, tapi tidak pernah tahu kenapa."

Hatiku tertikam. Aku akhirnya memberanikan diri untuk menjelaskan semuanya. Bahwa aku takut, bingung, dan mendengar terlalu banyak suara yang meragukan dirinya. Bahwa aku saat itu tidak bisa memilihnya karena menunggu seseorang yang kutunggu dengan harapan kosong.

Dia terdiam, lalu menghela napas panjang. "Aku mengerti. Tapi aku berharap kamu tahu, aku bukan orang yang mereka katakan. Mungkin aku punya masa lalu yang rumit, tapi aku sudah berusaha berubah."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline