Lihat ke Halaman Asli

dafit

manusia

Memahami Bahasa Tubuh: Seni Mendengarkan Sinyal-sinyal Non-Verbal dalam Percakapan

Diperbarui: 14 Oktober 2023   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pexels.com

Dalam setiap percakapan, ada pesan yang disampaikan di luar kata-kata yang diucapkan. Sinyal-sinyal non-verbal dalam bentuk bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan gestur tangan memberikan wawasan berharga tentang apa yang benar-benar terjadi dalam interaksi manusia. Mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan tubuh, baik milik kita sendiri maupun orang lain, adalah seni yang memungkinkan kita untuk memahami lebih dalam dan merespons dengan lebih baik dalam komunikasi sehari-hari.

Ekspresi wajah adalah jendela ke dalam perasaan seseorang. Senyum tulus, alis berkerut, atau bibir yang terjepit adalah sinyal-sinyal non-verbal yang bisa memberikan petunjuk tentang emosi yang sedang dirasakan seseorang. Ketika kita belajar untuk mendengarkan tubuh kita sendiri dan orang lain, kita dapat membaca ekspresi ini dan merespons dengan lebih tepat, entah itu dengan memberikan dukungan saat diperlukan atau merayakan kebahagiaan bersama.

Kontak mata adalah alat komunikasi non-verbal yang kuat. Ketika seseorang memandang mata kita secara tulus, itu menunjukkan bahwa mereka benar-benar mendengarkan dan peduli dengan apa yang kita katakan. Di sisi lain, menghindari kontak mata atau mata yang berpindah-pindah dapat memberikan kesan ketidakpercayaan atau kurangnya minat dalam percakapan.

Gestur tangan adalah cara lain untuk mengungkapkan diri dan memahami orang lain. Gestur tangan yang mengiringi kata-kata dapat menambahkan konteks dan penekanan yang penting. Misalnya, mengangkat jari telunjuk saat berbicara tentang poin penting atau mengibaskan tangan ke arah seseorang saat memberikan pujian adalah gestur yang umum. Ketika kita mendengarkan tubuh kita sendiri dan orang lain, kita dapat mengenali makna gestur ini dan meresponsnya secara efektif.

Selain itu, postur tubuh adalah indikator lain tentang apa yang sedang dirasakan seseorang. Seseorang yang berdiri dengan tegak dan santai menunjukkan kepercayaan diri, sementara postur yang cekung atau tertutup bisa mencerminkan rasa malu atau ketidakamanan.

Ketika kita berinvestasi dalam seni mendengarkan tubuh, kita membangun hubungan yang lebih kuat dengan orang-orang di sekitar kita. Kita dapat merespons dengan lebih empati, memahami lebih baik, dan menghindari kesalahpahaman yang mungkin timbul dalam komunikasi kita. Ini juga membantu kita menjadi pendengar yang lebih baik, yang sering kali sama pentingnya dengan menjadi pembicara yang baik dalam hubungan antarpribadi dan profesional.

Jadi, mari kita selalu ingat bahwa komunikasi bukan hanya kata-kata. Bahasa tubuh adalah bahasa yang penuh makna yang bisa membantu kita membaca dan merespons dengan lebih baik dalam setiap percakapan. Seni mendengarkan tubuh adalah kunci untuk mengungkapkan empati, membangun koneksi, dan memperkaya komunikasi kita dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline