Dibalik berita yang kita konsumsi setiap hari, ada kekuatan tersembunyi yang dapat membentuk arah perubahan sosial. Framing berita adalah cermin yang mencermin pemilihan kata, konteks, dan fokus dalam pemberitaan. Sebuah potret yang tidak hanya menggambarkan realitas, tetapi juga menciptakan realitas itu sendiri.
Framing berita memiliki dampak yang jauh lebih dalam daripada yang mungkin kita sadari. Ketika suatu peristiwa diangkat dengan framing yang berfokus pada konflik, kita mungkin lebih cenderung melihat aspek negatif dan melupakan kemungkinan solusi yang ada. Sebaliknya, framing yang menonjolkan upaya kolaboratif dan pemecahan masalah dapat menginspirasi masyarakat untuk bergerak bersama menuju perubahan yang positif.
Namun, dampak framing berita tidak terbatas pada perubahan pandangan. Dengan mengontrol perspektif yang disajikan, media memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik dan menggerakkan aksi kolektif. Framing yang menyuarakan isu-isu sosial dapat menjadi pendorong gerakan sosial yang tangguh, merubah cara masyarakat melihat dan merespons masalah tersebut.
Namun, tantangan muncul ketika framing digunakan dengan niat yang tidak jujur. Framing yang manipulatif atau bias dapat menyebabkan ketidaksetaraan dalam persepsi dan merusak dialog masyarakat. Oleh karena itu, menjadi penting bagi kita sebagai konsumen berita untuk mengembangkan keterampilan literasi media yang kuat, mampu membaca di antara baris-baris framing yang disajikan.
Framing berita adalah cermin yang menggambarkan realitas melalui lensa subjektif. Dalam menghadapi tsunami informasi, kita harus bersikap skeptis dan kritis, mempertanyakan framing yang ada di balik berita. Dengan memahami dampaknya, kita dapat lebih bijaksana dalam memahami dunia di sekitar kita dan mengambil tindakan yang tercermin dalam nilai-nilai dan aspirasi sosial yang kita anut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H