Lihat ke Halaman Asli

Fitriyah

Freelancer

Review Buku: Menjelajah Kisah di "Antologi Cerpen Muson"

Diperbarui: 8 September 2020   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kamu ingin jadi penulis, rajin-rajinlah membaca dan menulis.  Tulisanmu tak akan ada kalau kau hanya rajin ikut seminar tanpa pernah menyelesaikan ceritamu.
(hlm. 22)

Dalam berkomunikasi, asal kau tahu, semua orang bisa merasakan apa yang ada di hati lawan bicaranya. Itu adalah kodrat kita sebagai sesama manusia. Seringkali kita terkecoh oleh penampakan indera kita dan jarang menggunakan hati dalam berkomunikasi.
(hlm. 79)

Kutipan-kutipan di atas adalah kutipan yang saya ambil dari Buku Antologi Cerita Pendek Muson karya Agus Buchori. Yang merupakan kumpulan cerpen yang ditulis sepanjang karier menulisnya hingga sekarang. Kumpulan cerpen yang mengangkat hal-hal kecil di sekitar yang bagi sebagian orang mungkin receh tapi menjadi penuh makna setelah dituangkan oleh penulis dalam bentuk tulisan.

Sebelum saya review buku lebih lanjut, berikut profil penulisnya.

Agus Buchori merupakan penulis yang aktif dan produktif. Pria domisili di Desa Paciran Lamongan tergabung dalam komunitas Literacy Institute Lamongan. Selain menggiat literasi di Lamongan, beliau juga menggeluti dunia Arsiparis. Kumpulan puisi dan cerpennya diterbitkan oleh perpustakaan umum Lamongan dengan judul Buku, Kopi dan Kamu. Serta menerbitkan antologi berssama komunitasnya, seperti: antologi cerpen Bocah Luar Pagar, Hikayat Daun Jatuh, dan antologi puisi Ini Hari sebuah Mesjid Tumbuh di Kepala.

Review Buku Antologi Cerita Pendek Muson

Judul    : Antologi Cerita Pendek Muson
Penulis: Agus Buchori
Penerbit: Boenga Ketjil kerjasama dengan Penerbit Kertasentuh
Jumlah Halaman: 83

Buku karya Agus Buchori ini bertema tentang profesi, cinta, perempuan dan literasi. Dalam buku ini terdapat tiga belas cerita pendek yang idenya diramu dengan baik.

Cerita diawali dengan judul Muson yang dijadikan judul dalam cover buku ini. Mengisahkan tentang kehidupan nelayan yang sangat tergantung pada Muson. Musim muson barat atau angin barat membuat ombak begitu besar membahayakan bagi para nelayan tradisional sehingga seringkali para nelayan berhenti melaut.

Selain itu kisahnya juga menyentil para pengusaha yang dengan seenaknya membabat hutan untuk sumber uangnya.

Rezeki di negeri ini begitu sulit dibagi rata. Ada yang begitu mudah mendapatkannya, seperti pengusaha penghancur hutan itu. Dan seperti aku ini entah bagaimana caranya agar bisa menikmati. Sebagai nelayan kecil dengan pendapatan yang juga kecil, ditmabah daya jangkau kapal yang kecil, itupun milik juragan, apalah dayaku. Tercepit dalam kemiskinan abadi. Mungkin hanya doa dan kesabaran saja yang menghiburku selama ini.

Belah adalah juga cerita tentang kehidupan nelayan. Belah adalah istilah yang dikenal dengan arti pembantu untuk melaut mencari ikan. Sama dengan istilah dalam pertanian, buruh tani.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline