Lihat ke Halaman Asli

Masih Sama

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih terdiam, aku masih menanti dan aku tidak tau sampai kapankah penantian ini. Aku belum berani memulai, hidup ku masih dihantui bayang mu. Aku telah berusaha, tapi aku masih belum memenangkan pertarungan ku melawan masa lalu tentang mu.

Kau seakan ada, walaupun ku tau kau
telah tiada. Kau seakan nyata bagi
ku, kenangan tentang mu memaksaku
untuk tetap bertahan dengan
perasaan ini. Rasa ini terlalu dalam,
bayanganmu seakan memberikan
harapan kepada ku bahwa suatu hari
nanti kita akan bersama tapi
kenyataan hidup seakan memberikan
tamparan keras kepada ku bahwa itu
hanyalah khayalan yang tidak
mungkin akan menjadi nyata.

Masih teringat di benakku saat kali pertama kita bertemu, kau membuatku merasa gelisah saat di dekat mu. Senyum mu yang indah membuatku merasakan bahagia dan tatapan matamu yang sejuk membuat kedamaian dihatiku. Apapun yang kau lakukan telah membuat ku memberikan cinta ku kepada mu tak peduli kau tau atau tidak tentang perasaan ini.

Cinta ini semakin hari semakin tumbuh. Aku ingin sekali mengungkapkannya tapi aku tidak bisa. Saat ku tau kau telah memiliki dia sakit memang di hati tapi rasa cinta ini terlalu besar sehingga dapat mengalahkan rasa sakit itu. Cinta ku tulus, apapun yang dapat membuat merasa bahagia aku juga akan merasakannya.

Aku selalu ingin ada untukmu. Aku selalu ingin ada di saat kamu senang, sedih, bahkan dikala kamu sedang berjuang melawan sakit yang kamu emban selama ini. Aku tau kamu kuat, tapi aku selalu ingin ada untuk mu walaupun hanya sekedar temanmu.

Cinta Tuhan kepada mu terlalu besar
dibandingkan cinta yang kumiliki
untuk mu. Tuhan lebih senang jika kau
berada di sisinya. Aku hanyalah
manusia yang Tuhan ciptakan dan
aku tidak mempunyai hak atas dirimu.
Jika kau tau apa yang aku rasakan
saat ini, rasa itu masih sama bahkan
semakin bertambah samapai
memenuhi hati ini seakan tidak ingin
memberikan celah sedikitpun untuk
rasa yang lain. Rasa ini sungguh tulus
dan kau adalah yang pertama yang
membuat rasa ini ada. Tuhan sekan
mengirim mu untuk kebahagianku
walaupun itu tidak untuk waktu yang
lama.

Kau yang terhebat yang pernah aku
kenal. Kau tidak pernah mengeluh
dengan keadaan mu yang semakin
hari semakin tidak berdaya. Kau
selalu tersenyum disaat rasa sakit itu
terus menyerang mu. Kau selalu
memberikan semangat kepada setiap
orang yang ada disekitar mu.
Didetik-detik terakhir mu kau masih
terseyum dan tak izinkan setetespun
air mata jatuh, bahkan dinafas
terakhir mu kau masih sempat
mengingat Tuhan seakan melukiskan
rasa bahagia mu untuk bertemu
dengan-Nya.

Kau sosok sempurna dalam perjalanan
hidup ku. Sulit bagi ku untuk
melupakan mu. Aku telah
mengikhlaskan kamu dan aku akan
pasrahkan hati ku sampai takdir yang
akan menjawab.

Indragiri Hilir, 16 April 2014
Fitia Ramadhani AZ

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline