Lihat ke Halaman Asli

Lala Sang Owner Cantik yang Terus Maju Pantang Mundur dalam Berwirausaha

Diperbarui: 2 Juni 2017   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Usaha minuman yang berbahan dasar cokelat ini didirikan oleh Martalinda Basuki atau yang akrab dipanggil lindalala ia adalah sosok gadis cantik berkrudung yang telah menjadi wirausaha muda. Di usianya yang muda tersebut ia sudah memperoleh juara II sebagai Wirausaha Muda Mandiri kategori Boga yang diselenggarakan Bank Mandiri pada tahun 2015, selain itu ia juga pernah menjadi Binaan Bank Indonesia dalam program Wirausaha Baru Bank Indonesia tahun 2012. Dengan keberanian, tekad dan semangat dalam dirinya untuk memulai bisnis dengan berbisnis kuliner. Berawal dari kerelaannya menjual semua barang barang berharganya seperti: sepeda motor,laptop dan meminjam uang ke saudara, dia memulainya dengan membuka Cafe di suatu daerah perkampung pelajar di Kota pare-kediri yakni kampung Inggris.

Cafe yang ia rintis tersebut diberi nama cafe Klasik,café mini dengan konsep Natural ethnik. Disana ia menawarkan berbagai menu andalan original recipes by Klasik seperti aneka menu minuman olahan soda,susu, kopi, dan coklat. Dan berbagai makanan serta camilan lezat, café ini telah sukses membuat para pelanggan puas dengan konsep,pelayanan serta menu-menu yang disajikan. Tetapi tidak genap setahun bisnis tersebut gulung tikar. Pasang surut telah ia lewati pada bisnisnya di kota Kediri tersebut. Tetapi hal tersebut tidak membuat gadis ini menyerah, ia bangkit lagi dan memulai bisnis lagi. Karena gadis ini adalah  seorang mahasiswa aktif FIA Universitas Brawijaya Malang kala itu, ia memulai kembali bisnisnya di kota ia study. Dikota tersebut, tepatnya di tahun 2012 ia memulai kembali bisnisnya dengan membuka outlet atau gerai minuman cepat saji coklat. Dia memilih bahan dasar coklat karena dia berkeinginan untuk menduniakan coklat Indonesia.

Tegasnya kenapa tidak menduniakan coklat Indonesia, padahal Indonesia adalah salah satu negara produksi kakao terbesar di dunia. Sehingga bisnis wara laba terebut ia namai “Coklat Klasik”, dimana nama tersebut sesuai dengan bahan utama yang digunakannya, sedangkan kata Klasik berasal dari akronim KafeLala Asik. Pada bulan pertama ia hanya membuka dua gerai atau outlet coklat klasik yang berada di daerah MT Haryono dan Watu Gong. Pada outlet tersebut didesain sedemikian rupa dengan lampu kerlap kerlip untuk menarik perhatian para pejalan raya. Awal ia berjualan sedikit membuatnya kecewa karena dari pukul 11.00 WIB hingga 16.00 WIB hanya terjual 2 gelas. Tetapi ia tetap tidak menyerah dan selalu optimis dengan usahanya. Salah satu bentuk untuk mengenalkan dan memasarkan minuman cepat saji coklat, sang owner ini  mengikuti berbagai bazar dan event-event yang ada di Malang.

Masyarakat pun mulai mengenal dan dapat menerimanya dengan terbukti dagangan coklat tersebut laris manis terjual. Semakin hari mulai ramai outlet yang ia dirikan tersebut, sehingga semakin berkembang pula bisnis yang ia lakoninya. Beberapa bulan kemudian Lala sudah mampu untuk membuka cabang gedai atau outlet coklat klasik di beberapa tempat. Pada tahun 2013 ia semakin berusaha dan mengikuti berbagai event yang ada bahkan ia mengatakan wajib untuk mengikuti event yang ada dimalang, selain itu dia juga semakin mematangkan bisnisnya mulai dari konsep, sistem dan publikasi. Publikasi yang digunakan mulai dari mengikuti event, kemudian melalui koran, majalah, dan sosial media. Dengan semakin berkembangnya bisnis minuman cokelat cepat saji tersebut, kini coklat klasik sudah memiliki pabrik produksi dan kantor distribusi. Dimana pabrik produksi digunakan untuk mengemas dalam bentuk packing sesuai dengan varian rasa masing-masing, sehingga pada setiap cabang memiliki kesamaan rasa.

Dalam sehari pabrik produksi dapat memproduksi puluhan ribu bungkus varian rasa olahan coklat. Bentuk varian rasa yang kini dimiliki sudah semakin bertambah dari tahun lalu yang hanya 14 varian rasa kini telah bertambah menjadi 19 varian rasa. Tak pernah berhenti untuk berusaha dan bekerja keras itulah sosok Lala sang owner cantik dan berjilbab. Dia berkeinginan untuk melebarkan sayap bisnisnya di luar kota dengan konsep waralaba, dengan konsep tersebut bisnis kemitraannya semakin berkembang secara meningkat. Bahkan saat ini tahun 2017 sudah mencapai 295 outlet atau gerai yang dimilikinya, dengan tersebar dikota-kota Indonesia mulai dari Batam hingga Merauke. Meskipun target pasar coklat klasik sejatinya mahasiswa dan pelajar, tetapi tidak sedikit anak-anak dan manula gemar mengkonsumsinya.

Saat ini bukan hanya gerai atau outlet yang dapat kita kunjungi, kini coklat klasik memiliki sebuah cafe yang lokasinya tak jauh dari Kota Pendidikan Malang. Cafe tersebut berkonsep garden dan outdoor, dengan suasana yang segar tentunya dengan menikmati hot/ice chocolate semakin menjadi nyaman. Dilengkapi pula dengan lampu-lampu yang berkerlap kerlip dan heritage-heritage kayu semakin menambah cafe tersebut bernuansa klasik. Salah satu bentuk semakin banyaknya pelanggan yang mengunjungi cafe tersebut yaitu bentuk pelayanan yang dilakukan di cafe cukuplah baik, awal masuk kita sudah disambut oleh karyawan dengan senyuman manis dan menawarkan berbagai menu yang telah disediakan, mulai dari minuman, snack,ataupun makanan.

Selain pelayanan yang baik, cafe tersebut juga menyediakan kamar mandi, musholla tentunya fasilitas free Wifi. Bukan hanya di cafe yangmemberikan pelayanan secara baik, di outlet-outlet pun juga selalu ramah dalam melayani pelanggannya. Selain itu untuk mempertahankan kualitas coklat yang ada dari persaingan wirausaha lainnya, pihak owner dan tim secara langsung selalu berusaha untuk mempertahankan cita rasa yang ada dan mempertahankan bentuk pemasaran yang digunakan dan tak lupa selalu memberikan suatu bentuk olahan coklat yang bervariasi. Begitu banyaknya outlet atau gerai yang kini telah dimiliki, kemudian pabrik produksi dan cafe yang ada, maka dapat diketahui bahwa telah mengurangi pula jumlah pengangguran. Terbukti bahwasannya di coklat klasik sendiri sudah memperkerjakan kurang lebih sekitar 400 karyawan, yang terbagi di berbagai outlet, cafe dan pabrik produksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline