Lihat ke Halaman Asli

Stop Membuat Orang Overthinking

Diperbarui: 7 Maret 2023   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Eh kamu kemana aja habis lulus kuliah? Sudah dapat kerja belum? Jangan kelamaan nganggur, kasian orang tua nyekolahin tingi-tinggi

"kamu ngapaian sekolah tinggi tinggi, paling juga tempatnya di dapur juga."

"Heii.. Kamu masih jomblo aja, jangan terlalu pemilih, nanti tua  sendiri."

Sudah 1 tahun nikah, kok ga isi-isi bukk...

"Iih.... ibu lahirannya Caesar ya, enak banget, aku lahirannya aja sampai berjam jam"

"Buk anaknya jangan di kasih susu formula, ga bagus tahu, kayak aku nich, ASI ekslusif..."

"Coba lihat anakku, sudah bisa ngomong.. jangan dikasih HP mulu, entar susah ngomong lho..."

"Ibuk anaknya baru 1 yaaa, ya ammpunn... kasih temen buat anaknya buk.."

Kira-kira mana kata-kata yang pernah kamu dapatkan dari orang lain atau pernah kamu lontarkan ke orang lain. Ungkapan tersebut biasanya dilontarkan di pertemuan tanpa sengaja, kondangan, atau pertemua lainnya.

Berdasarkan pengamatan, hal tersebut diungkapkan karena tidak ada bahan obrolan, atau jika kamu tidak merasa alasanmu itu, berarti kamu masuk ke dalam kategori kaum JULID.

Beberapa tahun ke belakang, saya mencoba belajar mengurang-ngurangi pertanyaan tersebut, bahkan ke teman dekat. Kita tidak pernah tahu kondisi seseorang. Mungkin saat kita bilang ke teman kita, "kok ga isi -isi sich bukkk, coba periksa, jangan-jangan....", padahal teman kita sedang ikhtiar promil. Atau Ketika mengomentari dan membandingkan perkembangan anak kita dengan anak orang lain yang tidak sama, bisa jadi keluarga anak tersebut sedang struggling mengejar tumbuh kembangnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline