Tahun baru 2019 sudah diujung mata, agenda besar negara segera akan direalisasikan. 5 tahun kedepan bukanlah masa yang pendek untuk membangun negeri. Banyak sekali hal yang harus diurus dan diperbaiki mulai dari SDM dan SDA. Berita TV setiap hari sudah menyiarkan mengenai program calon, ah, tapi sepertinya media sekarang jomplang, siapa yang berduit, maka dia yang akan sering nongol di TV.
Di sosial media pun tak mau kalah, banyak sekali meme meme ataupun video dari calon satunya mengangkat isu perekonomian dan janji-janji politik pihak pertahanan. Mulai dari emak-emak sampai anak muda milenial telah di gaetnya. Bahkan blusukan ke pasar sekedar menanyakan harga tempe setipis atm menjadi viral di kubu perlawanan.
Siapa sangka pilpres tahun depan penuh dengan drama, sentilan kata bahkan nyiyiran. Winter is coming, make Indonesia great again, tampang boyolali, sontoloyo, genderuwo, budek, telah menjadi kata-kata popular tahun ini. Demo dan aksi pun tak ditayangkan. Kini janji akan diperbarui, JANJI LAMA TINGGAL BUI, banyak yang datang ke istana dikecohkan dengan blusukan pihak pertahanan yang katanya ingin tahu keadaan pasar.
Orang yang waraspun tiba-tiba goblok setelah digerus dengan berbagai amunisi yang katanya ilmiah, yang katanya untuk kepentingan rakyat. SEBENARNYA YANG MERAKA BICARAKAN RAKYAT YANG MANA?. Oposisipun berjuta kali berbusa memberikan data nasional yang tak ayal di tolak mentah-mentah oleh kewarasan kubu pertahanan. Mau tenang pun sepertinya susah, kalau cuma bilang, siapapun presidennya kalo ga kerja ya ga punya duit itu cuma pembenaran dari ketakutan saja. Kalau tenaga asing burjubel ke Indonesia, rakyat Indonesia mau dikemanakan bos, dikirim keluar negeri jadi TKW ke Saudii yang tiba-tiba di pancung tanpa pembelaan pasti dari negera?
Kepentingan orang cilik selalu digaungkan hanya saat momen seperti itu, selepas pilpres pileg, orang cilik tetaplah orang cilik, dan meraka yang katanya membela kepentingan orang cilik tetap akan menaikkan harga BBM tanpa pemberitaan, import bahan pokok dikala panen raya.
Oh wong cilik, ga usah makan ikan, makan aja cacing yang berprotein tinggi, makan aja nasi pake garam , toh garam di negeri sendiri saja berlimpah ga tau harus kemana dijual. Jangan sakit biar BPJS ga pailit, terus ujung-ujung di persulit ngurus SIM, STNK sama passport gegara ga ngurus BPJS. Oh, Indonesiaaaahhh.
Pilpres pileg tahun 2019 sudah didepan mata, tapi sepertinya rakyat semakin bingung dengan pilihan mereka. Saya kan ahlusunnah wal jamaah jadi harus mengikuti ijma ulama atau kerja kerja kerja itu penting, maka saya pilih yang kerja nyata. Orang cilik mah ga neko-neko maunya, toh waktu kalian bicara berbusa mengenai program dengan bahasa selangit kamipun tidak tahu.
Kami, Wong cilik cuma mau negara ini damai, toleransi dijunjung tinggi, jangan seenaknya saja ngusir orang yang katanya ingin menerapkan sila Pancasila ke 3 tapi melanggar sila ke 2. Kami, wong cilik cuma ingin, bapak calon melakukan aksi yang real dan logis, jangan cuma bilang ga mau import eh, ujung-ujungnya import dan menyalahkan mentri ataupun institusi. Walauapun kami wong cilik, kami tidak blo'on. Walauapun kami wong cilik, kami tidak diam dengan penindasaan yang diam-diam mematikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H