Halo kompasianer, Pada artikel kali ini saya akan membahas mengenai integrasi dan disintegrasi, sebelum jauh ke studi kasusnya, akan saya jelaskan secara singkat mengenai integrasi dan disintegrasi. Integrasi sendiri adalah upaya untuk melakukan persatuan dan menyatukan, sedangkan disintegrasi adalah kebalikan dari integrasi, yaitu perpecahan atau tidak bersatu padu yang mengakibtakan kehilangan keutuhan dalam persatuan.
mengenai integrasi dan disintegrasi tersebut, disini saya akan membawakan topik yang cukup familiar yaitu mengenai dualisme agama di indonesia, dimana agama menjadi sarana pemersatu bangsa dan umat, malah menimbulkan perpecahan dengan konflik konflik yang sudah terjadi. seperti tulisan dari kaisar rauf parsha mengenai Dualisme Agama di Indonesia: Pemersatu dan Pemecah
Agama sebenarnya ada sebagai sarana integrasi dan penyatuan umat, agama mengajarkan nilai-nilai luhur dan kebaikan kepada sesama sebagai tujuan bersama. Indonesia sendiri merupakan negara yang sejarahnya didasarkan pada banyak agama dan kebudayaan sendiri sangat erat kaitannya dengan kebudayaan keagamaan.
Berdasarkan hasil sensus, agama di Indonesia ibarat sebuah identitas yang berhubungan dengan masyarakat Penduduk Indonesia tahun 2010 dimana Indonesia mempunyai keberagaman agama dari jumlah penduduk, walaupun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, namun setidaknya ada lima Agama lain yang saat ini diakui sebagai agama nasional adalah: Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Populasi umat Islam sebagian besar berada di pulau Jawa dan Sumatra (Indonesia bagian barat), sedangkan agama lain tersebar dimana-mana wilayah Indonesia. Persentase tersebut sebesar 87,18 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 237.641.326 jiwa. Muslim, 6,96% Kristen Protestan, 2,9% Kristen Katolik, 1,69% Setuju Hindu, 0,72% Budha, 0,05% Konghucu, 0,13% agama lain dan 0,38% tidak jelas.
Seseorang yang menganut suatu agama hendaknya mampu mempertahankan keyakinannya dari ajaran agamanya. Oleh karena itu, perkuatlah keyakinan beberapa orang yang disebut dengan keyakinan yang melindungi. Keyakinan protektif ini bertindak sebagai pelindung dengan menyadari hal ini segala ajaran yang terkandung dalam agama, yang diterima kebenarannya, mengakui orang-orang yang seagama sebagai saudara dan tidak menyukai hal-hal yang ada; sanggahan atau kritik terhadap ajaran tersebut. Kepercayaan yang protektif bertindak sebagai perekat solidaritas antara orang-orang yang satu agama karena mereka mempunyai ajaran yang sama dan memperjuangkan hal yang sama, dan Keyakinan defensif sebenarnya tidak melanggar ajaran non-agama meskipun mereka berpendapat bahwa ajaran ini harus dihindari. Namun terkadang keyakinan protektif dibuat terutama untuk memobilisasi atau mendukung massa untuk mencapai kepentingan politik secara masif dalam waktu yang singkat karena adanya kesatuan keyakinan para pengikutnya pada satu tujuan. Tak hanya itu, agama juga menyatu dengan budaya dan nilai-nilai masyarakat setempat Terkadang hal tersebut dapat memicu konflik agama di suatu wilayah karena adanya perbedaan antara nilai agama dan nilai tradisional setempat.
Agama Sebagai Pemersatu Umat
Islam dikenal mayoritas di Indonesia, meski bukan agama besar mencapai Indonesia lebih dulu karena bergabung dengan kerajaan-kerajaan Indonesia Hindu/Budha, sedangkan Islam sendiri baru masuk ke Indonesia pada abad ke-13 ketika Hindia Belanda datang ke Indonesia. Islam datang dari berbagai jalur dan menyebar bersamanya cepat karena memiliki ciri-ciri yang menyatu dan beradaptasi dengan budaya lokal. Sampai Pada masa kesultanan, agama sendiri menjadi sarana menjaga integrasi kegiatan ritual. Selain itu, agama Islam tidak datang dan menyebar di masyarakat buanglah budaya aslimu, tapi malah budaya dan lahirlah budaya baru, contohnya termasuk warisan sastra Islam seperti tulisan paku Arab, seni pertunjukan wayang, model masjid berundak, dan berkembangnya ajaran tasawuf menekankan toleransi dan adaptasi.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, landasannya adalah Islam gerakan anti-kolonialisme, agama pada saat itu menjadi sumber pemersatu menyatukan individu dan membentuk masyarakat berdasarkan solidaritas mekanis yang mampu kekuatan yang membebaskan. Peran agama profetik pada hakikatnya adalah peran pertama agama dan masyarakat Bangsa Arab sendiri juga mengenal Tuhan Yang Maha Esa (Maha Kuasa) yang disebut Allah. Bahkan sebagian masyarakat Arab masih menganut agama Hanif (pengikut agama Ibrahim). Orang Yahudi juga percaya pada Tuhan Yang Mahakuasa, sama seperti agama Kristen. Oleh karena itu, wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah memberi petunjuk Budaya baru, budaya yang menentang diskriminasi, rasisme, namun mencakup kesetaraan (musawat) dan kebebasan dari perbudakan (hurriyat).
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak latar belakang sejarah agama seperti Hindu, Budha, dan Islam. Dalam perjalanannya, agama seringkali penuh berperan dalam era kolonialisme sejak perlawanan terhadap kolonialisme Pemerintah Indonesia, bahkan mungkin sampai saat ini. Itu terintegrasi sejak awal Pada masa Kerajaan Majapahit, nusantara bersatu dalam keberagamannya di bawah semboyan "Bhinneka". Tunggal Ika" yang artinya berbeda-beda namun masih kita kenal sekarang selain itu Setiap agama juga mengajarkan nilai toleransi yaitu timbal balik menghargai dan menghormati orang lain yang memiliki keyakinan serupa untuk bertentangan dengan diri sendiri.
Agama Sebagai Pemecah Belah