Sinar matahari pagi menyinari pasar Blangpidie yang ramai dengan aktivitas. Para pedagang dan pembeli berlalu-lalang di antara deretan kios yang menjajakan berbagai macam barang, mulai dari sayur-mayur, buah-buahan, ikan, daging, hingga pakaian dan peralatan rumah tangga. Suara tawar-menawar, sapaan, dan candaan mengisi udara pasar yang penuh dengan aroma bumbu dan rempah-rempah.
Di salah satu sudut pasar, ada seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun yang sedang duduk di atas sebuah karung beras. Dia adalah Rizal, anak bungsu dari Pak Hamid, seorang pedagang beras yang sudah lama berjualan di pasar Blangpidie. Rizal membantu ayahnya menjaga kios beras setiap hari sebelum dan sesudah sekolah. Dia bertanggung jawab untuk menimbang beras, menghitung uang, dan mengantongi beras yang sudah dibeli oleh pelanggan.
Rizal sangat menyukai pekerjaannya, karena dia bisa belajar banyak hal dari ayahnya dan orang-orang di pasar. Dia juga bisa bertemu dengan teman-temannya yang juga membantu orang tuanya berjualan di pasar, seperti Lina, anak dari pedagang sayur, dan Budi, anak dari pedagang ikan. Mereka sering bermain bersama di waktu senggang, seperti berlari-larian di antara kios, bermain petak umpet, atau bermain bola di lapangan dekat pasar.
Hari ini, Rizal sedang menunggu kedatangan Lina dan Budi, yang biasanya datang sekitar pukul sembilan pagi. Dia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan lewat sepuluh, dan mulai merasa bosan. Dia memandang sekelilingnya, mencari sesuatu yang bisa menghiburnya. Matanya tertuju pada sebuah kios yang menjual buku-buku bekas. Dia melihat ada beberapa buku cerita yang menarik perhatiannya, seperti "Petualangan Tom Sawyer", "Lima Sekawan", dan "Harry Potter".
Rizal merasa penasaran dengan buku-buku itu, karena dia suka membaca cerita petualangan. Dia ingin membeli salah satu buku itu, tapi dia tidak punya cukup uang. Dia hanya punya sepuluh ribu rupiah, yang diberikan oleh ayahnya sebagai uang jajan. Dia tahu bahwa buku-buku itu pasti lebih mahal dari sepuluh ribu rupiah. Dia berpikir, mungkin dia bisa menawar harga buku itu dengan pedagang buku, atau mungkin dia bisa menukar buku itu dengan beras.
Rizal memutuskan untuk mencoba peruntungannya. Dia bangkit dari karung berasnya, dan berjalan menuju kios buku. Dia melihat seorang pria tua yang sedang duduk di belakang meja, sambil membaca sebuah koran. Rizal menyapa pria itu dengan sopan.
"Selamat pagi, Pak. Saya mau lihat-lihat buku, boleh?"
Pria itu menoleh ke arah Rizal, dan tersenyum ramah.
"Boleh, boleh, silakan. Ada buku apa yang kamu cari?"
Rizal menunjuk ke arah buku-buku cerita yang ada di rak.
"Saya mau lihat buku cerita itu, Pak. Boleh saya pegang?"