Lihat ke Halaman Asli

Fitri Alfaini

Mahasiswa UAD Yogyakarta

Representasi Rasisme dalam Film "99 Cahaya di Langit Eropa"

Diperbarui: 17 Januari 2022   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring berkembangnya zaman, ilmu dan teknologi manusia mengalami perubahan dari perilaku serta cara pandang dalam memahami suatu persoalan. Hal ini dapat dilihat mulai banyaknya orang yang terbuka dalam memandang dan memahami suatu persoalan. Namun masih banyak juga orang yang belum terbuka akan hal tersebut. Salah satu contoh persoalan yakni dalam kesetaraan manusia.

Persoalan ini masih berlanjut dikarenakan adanya stereotip yang terdapat pernyataan negatif dari prasangka. Dari prasangka inilah sebagai alasan untuk melakukan diskriminasi terhadap kelompok tertentu. Kedua persoalan atau masalah ini dapat merujuk pada suatu paham yang mempercayai superioritas yang menolak kesetaraan manusia yakni rasisme.

Tindakan ataupun perilaku rasisme dapat kita temukan dalam salah satu film yang dirilis pada tahun 2013 yaitu "99 Cahaya di Langit Eropa". Film ini diangkat dari sebuah novel.


Dalam film ini mengangkat cerita mengenai perjalanan sepasang suami istri yang bernilai Rangga dan Hanum, mereka tinggal di Eropa selama kurang lebih tiga tahun. Yang mana di negara tersebut terdapat berbagai keindahan dari berbagai aspek. 

Salah satu persoalan yang terjadi yakni ketika sang istri yang merasa bosan karena tidak melakukan apa-apa. Sehingga ia memutuskan untuk melamar pekerjaan, yang mana dulunya ia bekerja sebagai jurnalis dan pembawa berita di salah satu TV swasta.

Dalam perjalanan tersebut ia bertemu dan berkenalan dengan Fatma. Fatma merupakan wanita Turki yang sedang mencari pekerjaan. Mereka bertemu di tempat kursus bahasa Jerman. Seiring berjalannya waktu mereka semakin dekat, Hanum sangat cocok dan kagum akan karakter yang dimiliki Fatma.

Hanum banyak belajar dari sosok Fatma. Yang mana dalam kesehariannya Fatma menggunakan jilbab, walaupun ia sedang berada di negara yang notabenenya menganut agama selain Islam. Fatma selalu memegang teguh akan pendiriannya. Karena menggunakan jilbab merupakan hal yang harus dilakukan untuk menutupi aurat sesuai perintah atau ajaran agama Islam. 

Karena hal ini juga Fatma kerap kali ditolak ketika melamar pekerjaan. Fatma tau alasan sebenarnya mengapa dia tidak diterima bukan karena kemampuan dalam berbahasa melainkan karena ia menggunakan jilbab dan beragama Islam. 

Permasalahan ini terjadi karena masih banyak yang aneh atau bahkan tidak suka akan adanya perbedaan yang terjadi. Karena hali ini dapat menimbulkan budaya baru ditengah-tengah nya.

Tak jauh dari sang istri Rangga juga banyak mendapat pembelajaran dari orang-orang yang dia temui termasuk dari teman-temannya. Dalam menempuh pendidikan Rangga sering mengalami masalah atau persoalan. 

Salah satu contohnya ia kerap kali melaksanakan shalat diruangan beribadah yang disediakan sang dosen, Prof. Reinhard. Yang unik dari ruangan tersebut adalah ruangan tersebut bukan hanya untuk beribadah orang agama Islam saja melainkan agama lainnya. Ruangan ini disebut Rangga sebagai ruang toleransi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline